31. Tenang

106K 14.8K 3.9K
                                    


Yena merasa tak tenang. Ia terus memandang arah jam, lalu melengos. Gerbang dibuka setengah jam lagi. Sekarang adalah minggu remedial. Gadis itu masih harus mengecek nilainya di atas KKM atau tidak.

Tadi malam ia sudah tak bisa tidur tenang karena belum bisa menjenguk Eno. Cowok itu masih belum boleh dijenguk orang luar. Mau tak mau Yena, Jevon, dan Theo pulang malam masih dengan seragam sekolah mereka. Pagi ini pun Yena hanya makan sebungkus roti malas-malasan sambil terus memikirkan perkembangan cowok itu.

Dan sekarang, Yena sedang duduk di meja Mr Simon. Membantu pria muda tersebut merapikan buku siswa. Hapenya bergetar. Ia jadi mengeluarkan dan mengecek pop up message dari grup chatnya.


Theo: Eno udah sadar


Yena memekik refleks. Mr Simon sampai mengangkat wajah terkejut. Matanya melebar, melihat Yena mendekap hape dan mengucap syukur penuh kelegaan berkali-kali bahkan hampir menangis.

"Yena? Kenapa?"

Yena menoleh, wajahnya merekah. "Sir, Eno udah sadar!" lapornya dengan wajah berbinar.

Mr Simon ikut mengucap syukur. Belum selesai lega, ia jadi mendelik heran saat Yena tiba-tiba beranjak. "Eh? Mau apa?"

"Ke rumah sakit," jawab Yena begitu saja. Tapi berikutnya mengerjap tersadar, "oh, ya," gumamnya kembali duduk. Gadis itu meringis kecil dengan malu.

Mr Simon tersenyum tipis. "Masih setengah jam lagi. Lagian ini belum jam besuk setau mister," katanya membuat Yena jadi menyendu.

"Ng.... Nggak bisa kasih saya surat dispen, Sir? Dari kemaren belum sempat liat Enoo...." pinta gadis itu dengan mata memelas. "Kalau sendirian pasti boleh jenguk..."

Mr Simon terkekeh kecil, "Dispen dengan alasan apa? Teman sekelas masuk rumah sakit? Kan nggak mungkin dibolehin, Riena," katanya dengan gaya santai, kembali meraih buku siswa dan membacanya untuk mengecek.

Bibir bulat Yena mengkerut kecil, gadis itu melengos pasrah dan melanjutkan pekerjaan. Wajah kecewanya ditangkap pandangan Mr Simon.

"Yang penting sekarang udah dipastiin Eno baik-baik aja, kan? Kalau ada perkembangan lagi orangtuanya pasti ngabarin Theo. Jadi, kamu sabar dulu," kata pria tampan itu menenangkan.

Yena tersenyum tipis, "iya, Sir..." jawabnya lirih.

Hm. Keadaan Eno memang sudah ada jawaban. Tapi rindunya Yena bagaimana?


***


Yena merapikan rambutnya sambil berjalan cepat di koridor rumah sakit. Gadis itu memakai dress merah mudah selutut tanpa lengan dengan tas selempang dan bando krem di rambut pendek bobnya. Gayanya udah kayak mau ngedate aja. Padahal cuma mau ngejenguk.

Kamar 121.

Yena mengetuknya sesaat, kemudian membuka pintu dan masuk. Gadis itu melongok, menemukan wanita muda cantik di sana.

"Siang tante," sapa Yena tersenyum ramah dan mendekat yang dibalas Mama Eno itu.

"Kamu udah makan? Kok langsung kesini?" tanya wanita itu memandang ke arah jam. Ia berdiri, menyambut Yena hangat.

"Udah kok tante. Tadi sempetin makan," jawab Yena kemudian melirik. Melihat pemuda tampan yang tertidur di tempat tidur rumah sakit dengan mata terpejam lelap. Kalau di dunia dongeng ada Snow White di dunia Yena sekarang ada Pangeran Olimpiade.

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang