15. Break The Rules

116K 15.6K 5K
                                    

Ingat mantra Yena saat itu? Hari ini ia kembali mengucapkannya.

Alveno hanya teman kelasnya yang ganteng. Dan Yena tak membawa perasaan lebih.

Kediaman Eno yang tak pernah memberi reaksi lebih selama ini memang membuat gemas. Cowok itu terkesan misterius dan tak memedulikan godaan teman-temannya. Dia sama sekali tak banyak tingkah.

Tapi hari ini.

Eno tuh kayak kerasukan.

Gimana bisa dia ngajak Yena jalan???

Nggak, ini bukan tentang vlog atau toko buku.

INI JALAN BERDUA.


Yena merasa canggung ketika memasuki area toko buku. Tapi ia mencoba tetap tenang dan kembali mengucapkan mantra itu.

Jangan baper. Dia cuma temen kelas lo yang ganteng.

Yena berdehem, "No, ini rekamnya gimana?" tanya Yena agak menjaga jarak di samping cowok itu mulai menginjak escalator ke lantai dua.

"Nanti aja," jawab Eno tak menoleh. Matanya malah melebar ketika lantai dua mulai terlihat. Dimana deretan rapi buku baru terjajar tepat di depan tangga escalator. Cowok itu merekah begitu saja dan berjalan lebih dulu.

Wajah riang Eno yang menatap terpesona deretan buku baru membuat Yena tanpa sadar tersenyum. Ia mendekat, berdiri di samping cowok itu yang mulai mengambil salah satu buku.

"Elo nggak kobam No baca buku mulu?" celetuk Yena polos, memandang cowok itu yang mulai memilih buku-buku tebal di depannya.

Eno dengan santai tertawa, "kalau nggak baca buku yang ada gue kobam. Nggak tahu mau apa."

Yena terkekeh menahan tawa, "terlalu terikat sama teori ah. Prakteknya nggak," ejek cewek itu lalu berbalik, dengan santai ingin menuju rak novel-novel.

Tanpa tahu cowok itu sudah tertegun seakan tertembak tepat. Ia terdiam, melirik Yena yang mulai memerhatikan novel-novel bercover lucu di sana.

Eno menggigit bibir bawah, lalu melangkah mendekat. "Na, kan tadi kesini mau break the rules," katanya menegur membuat Yena menoleh.

"Lah, elu yang nggak tahan diri gitu," kata Yena membalas, lalu kembali merunduk membaca sinopsis novel di tangannya.

"Coba baca itu," kata Eno menunjuk rak buku tadi. Tumpukan buku tebal yang membuat Yena melirik tak minat. "Kenapa bacain teenlit mulu sih. Sekali-sekali novel terjemahan gitukan lebih bagus," katanya dengan intonasi mulai ngotot.

Yena jadi mendelik, "nggak ah. Gue sukanya yang gemes-gemes."

"Gue?"

Yena melotot, menatap Eno yang sudah tertawa sendiri. "Sinting lo," umpat Yena menggeleng kecil, lalu mulai berjalan memasuki rak lebih dalam. Eno mengekori di belakangnya.

"Elo tuh ya. Di kelas aja sok misterius. Aslinya mah apa. Sama bobroknya," kata Yena dengan mata menyusuri rak buku membuat Eno di belakangnya jadi memajukan bibir.

Yena berhenti, lalu meraih salah satu novel. Gadis itu jadi menghadap rak buku, merunduk membaca sinopsis novel. Sementara Eno di sampingnya diam-diam memandangi gadis itu yang merunduk dengan kening berkerut membaca serius.

Eno tersenyum samar, lalu melirik tangan kiri Yena yang terjatuh lemas di samping tubuhnya dengan tangan kanan memegang buku. Eno menatapi kelima jari kecil itu.

Sampai Eno tiba-tiba meraihnya, membuat Yena terkejut setengah mati. Cewek itu menoleh, membulatkan mata melihat Eno tanpa beban memegang pergelangan tangan Yena, yang kemudian menautkan kelima jarinya ke sela jari-jari Yena. Lalu mengeratkan kedua telapak tangan mereka menjadi genggaman.

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang