34. Awal Ide

99.9K 14.2K 1.3K
                                    


"Lucu deh jadi si Lisa tuh bantu benerin prakaryanya Hanbin yang dijatohin Yoyo. Yoyonya sampe beli brownies Hanbin banyak-banyak buat minta maaf. Si Hanna bantuin ngerjain tugas remednya Hanbin. Hanbin tuh tahu aja ada kesempatan, licik amat," cerita Yena diakhiri tawa geli.

Eno yang duduk bersandar di tempat tidur rumah sakit tersenyum samar. Memerhatikan lekat Yena yang duduk di sampingnya bercerita dengan ceria sambil sesekali tertawa tentang keadaan kelas hari ini. "Emang sempet dibaikin? Kan terakhir kumpul hari ini."

"Hanbin ngumpul ala kadarnya," kata Yena meringis, "dia ngomong sama gue, yang penting browniesnya ludes dan remed Fisikanya tuntas karena nilai Kesenian tuh nggak penting, gitu katanya."

Eno menggeleng kecil, "pinter juga ya," gumamnya membuat Yena terkekeh.

Pintu ruang 121 itu diketuk membuat mereka menoleh. Pintu terbuka memunculkan sebuah kepala melongok, tersenyum canggung sambil melangkah masuk. Sosok Theo terlihat mengekor dari belakang.

"Faili," Eno tersenyum ramah gadis itu mendekat.

Faili tersenyum ceria juga melambai kecil pada Yena. "Kak Eno udah baikan, kan? Makanya kak kalau diajak pergi sama Kak Teyong tuh nggak usah mau soalnya dia nggak ngomong sama aku kemarin langsung pulang gitu aja nah itu pasti karmanya Kak Teyong tapi kepental salah sasaran ke Kak Eno yang pergi sama Kak Teyong," cerocos gadis itu panjang lebar membuat Theo yang mendudukkan diri di sudut tempat tidur Eno mendelik.

Theo menoleh pada Eno, "dia maksa pengen jenguk lo. Kalau lo ngerasa dia polusi, bisa gue amankan sekarang," ucap pemuda itu tenang membuat Faili memicingkan mata.

Faili mencibir saja, kembali memandang Eno dan mengacungkan plastik putih berisi kotak donat. "Kak, ini titipan Deya, dia bilang sorry nggak bisa jenguk."

"Thanks," kata Eno menerima, menaruh di nakas sampingnya. "Kenapa nggak bisa jenguk?"

"Dia sibuk ngejar nilai," jawab Faili membuat Eno maupun Yena tersentak, tak menyangka. "Kemaren kan Deya sempet sering nggak masuk sekolah, jadi nilainya kurang. Ituloh, pas dia takut," kata Faili penuh arti.

Kedua bahu Yena melemas mengerti itu. "Sekarang keadaannya gimana Fai? Gue belum ada cek setelah video kita kemarin kepost," ucapnya khawatir.

"Aman!" jawab Faili tersenyum lebar, "awalnya banyak yang ngatain dia uler pas kolab sama kakak. Tapi ada Kak Jeka yang rajin ngapelin dia ke kelas jadi banyak yang segan gitu. Terus sekarang kan heboh gosipnya tuh Kak Jeka lagi jadi romeo gitu deh memperjuangkan cintanya Deya. Padahalkan si Deya juga lagi dideketin Vernon. Ih kak ya kemaren tuh di depan kelas ada Vernon ketemu Kak Jeka teruskan-AKH!" Gadis itu memekik, menoleh sebal mulutnya ditepuk pelan oleh tangan Theo.

"Lagi jenguk orang sakit. Kenapa jadi ngegosip?" tanya Theo menarik lengan gadis itu mendekat, menepuk kepalanya pelan.

Yena malah terkekeh melihat keduanya yang selalu saja lucu menurutnya. Sementara Eno melamun sesaat, menghela nafas pelan.

"Kemaren sebelum kecelakaan, Jeka bilang sama gue Deya diserang haters pakai poto dia diedit meme gitu. Apa itu nggak keterlaluan?" tanya Eno serius membuat Faili menoleh. Yena tersentak baru dengar hal tersebut.

Theo menggeleng kecil, menoleh pada Yena. "Lo seterkenal apa sih? Fansnya banyak banget," katanya membuat Yena jadi merenggut kecil.

"Bukan fansnya Kak Yena juga," celetuk Faili, "banyak orang-orang yang manfaatin momen ini untuk nindas. Entahlah. Mereka nggak tau apapun, mereka nggak kena efek apapun, tapi ikut-ikutan mojokin Deya," omel gadis itu juga merasa miris sendiri.

"Tapi gue sama temen-temen udah ngurus itu kak. Kita serang rame-rame siapapun yang ganggu Deya di sosmed," ucap Faili menggebu.

Yena melengos, "parah sih. Masa cuma gara-gara vlog doang serame ini?" gerutunya tak percaya sendiri.

"Kak, walau cuma satu dua orang ya bisa sebesar ini. Karena sekarang tuh jaman canggih. Akun anon gampang dibuat. Karena itu mereka ngerasa bebas bicara," kata Faili menggerutu kecil.

Theo di sampingnya memandangi gadisnya itu lekat, selalu suka jika ketua kelas X-4 ini mengeluarkan sisi kritisnya.

"Kalau kita tindak aja gimana? Walau sekarang emang udah ngereda, tapi tetap aja mereka ngelakuin kejahatan di balik anon gitu," kata Yena membuat Eno jadi memikirkan hal yang sama.

"Tindak gimana? Nyari akunnya lewat polisi gitu?" Faili melengos, "kak, itu sama aja ngasih tambahan gerbong kereta dosa."

Yena dan Eno mengernyit. Theo saja juga ikut tak paham, memandangi Faili yang kembali melanjutkan.

"Bayangin deh. Kita ketemu pelakunya, pelakunya ketahuan. Paling juga pelakunya anak SMP atau SMA kayak kita. Terus yang lain gimana? Yang lain bakal salahin dia, bakal nunjuk-nunjuk dia, bakal mojokin dia, bakal bikin malu dia. Sama aja kak. Nggak bakal selesei," kata Faili berargumen. "Indonesia emang lagi krisis tenggang rasa. Sampai remajanya pun juga marak bully gini. Semua seakan berlomba-lomba saling nindas, pengen jadi seseorang yang paling benar."

Yena dan Eno terdiam. Cukup terpukau baru kali ini melihat sisi serius gadis nyablak ini. Sekarang Eno paham kenapa Faili ditunjuk jadi ketua kelas padahal ia terlihat sangat bobrok dan tengil.

"Dih, kayak orang tua lu," celetuk Theo mencubit pipi kiri Faili dan menariknya. Gadis berambut panjang itu jadi memekik panjang dan segera melepaskan diri dengan bibir manyun mengusap pipi bulatnya.

"Ck. Aku lagi beneran nih," sahut Faili ngotot. "Deya tuh temenku. Aku bener-bener sakit hati Deya diserang gitu," katanya sungguh-sungguh.

"Bully itu kasus serius ya," gumam Yena baru menyadari.

Faili merapatkan bibir. Ia jadi melirik Yena, Eno, dan Theo. Gadis itu bergumam pelan terus melirik ketiganya bergantian.

"Apa?" tanya Theo membuat Faili tersentak.

"Kenapa Fai?" tanya Eno juga menunggu gadis itu bicara.

"Eung...." Faili bergumam, nampak ragu. "Aku.... Eum, aku mikir sesuatu tapi- eung...."

"Paan? Sejak kapan lo mikir dulu sebelum ngomong?" tanya Theo membuat garis wajah Faili langsung mengendor dan menatapnya sangar.

"Yong, diem dulu deh," tegur Yena jutek.

Faili mendesah sesaat, "gini. Kan kelas 11 IPA 3 tuh... muridnya terkenal semua gitu ya, eksis hits gitu kan."

"Emang iya?" tanya Eno mengernyit tak setuju.

"Nggak tuh," sahut Theo membantu.

"Diem nggak," ancam Yena melotot pada dua pemuda tersebut. Ia menoleh lagi pada Faili, "kenapa emang?"

Faili mengembungkan pipi sesaat. Ia menarik nafas, kemudian menyuarakan isi pikirannya. Membuat ketiga kakak kelasnya itu mengangkat alis tinggi dan jadi saling pandang.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang