24. Ragu

109K 14.3K 2.4K
                                    



Eno mengernyitkan kening maksimal. Merasa tak mengerti setengah mati dengan sikap gadis itu hari ini.

Yena tuh kenapa bunglon banget ya?

Kadang begini kadang begitu. Sama sekali nggak ketebak.

Eno menghela nafas, lalu mendongak memandang Jevon yang sibuk dengan hape di depannya. "Jev," panggilnya membuat Jevon menoleh.

Eno diam sejenak, "eh nggak jadi deh," katanya menggeleng ganti menoleh pada pemuda di samping Jevon. "Jeb."

Jaebi yang sedang menulis di karton jadi mengangkat wajah. Sementara Jevon mengumpat pada Eno dan kembali pada hapenya.

"Jeb, gue mau nanya tapi lo jangan ketawa ya," kata Eno dengan mimik serius.

"Halah paling Riena lagi," celetuk Jevon membuat Eno mendecak sebal. "Cari di wikihow sana."

Eno mengumpat, "gue udah nggak main wikihow ya soal gini."

"Wis pinter," ledek Jevon melebih-lebihkan.

Eno menyipitkan mata, mencoba sabar dan memandang Jaebi lagi. "Jeb, kok si Yena kayak gantian gitu ya bales gue?" tanyanya dengan polos membuat Jaebi mengernyit. "Kan harusnya gue yang jauhin dia, tapi sekarang malah kesannya dia yang gitu."

Jaebi mengangkat alis, "ya dia ngerasa kali lo jaga jarak jadi gitu," jawabnya santai.

"Kalau gitu doang gue juga mungkin mikir itu," kata Eno jadi stress sendiri. "Tapi tadi beberapa kali Yena tuh senyum sama gue. SENYUM."

Jevon jadi mendelik sepenuhnya pada Eno yang sudah berapi-api. Kemana anak olimpiade yang kalem dan pemalu? Sekarang Eno sudah sejajar seperti Hanbin dan yang lainnya.

"Abis itu dia mepet-mepet sama si kapten basket. Terus pas pembagian tugas bazar tadi dia nyebut nama gue dengan manis. Tapi abis itu dia malah dingin pas gue ngedeket. Gue nggak ngerti."

Jaebi memandangi Eno lurus. Dalam hati ingin sekali tertawa ngakak tapi tadi dia sudah janji untuk tidak tertawa.

"HAHA MAMPOS," rutuk Jevon tertawa puas membuat Eno ingin sekali melemparnya ke kolam renang Bobi di depan mereka. "Itu tuh gara-gara kemaren lo seenaknya mainin perasaan Yena. Balas dendam noh dia!"

Eno mendelik, mengumpat lagi dengan sebal.

"Ya mikir aja lo abis bikin video sweet-sweetan eh besoknya dapat kabar pacaran sama orang lain. Beuh kalau jadi Yena mah gue gantian bikin berita jadian sama Jeka biar lo makin tahu rasa!"

"Mending lo urusin valak sana!" balas Eno sebal, menyindir nama film yang membuat Jevon dan Jane jadian dulu dengan ajaibnya. "Atau itu tuh, urusin Selgie mantan terindah lo," tambahnya menyebut si cantik IPS 2.

Jevon melotot, refleks menoleh ke belakang ke arah teras belakang rumah Bobi tak jauh dari tempatnya duduk. Takut-takut jika Jane yang sedang berlatih bersama Jesya dan yang lain bisa mendengar nama itu disebut-sebut.

Tapi tak perlu menyahuti Eno, Jaebi sudah mewakilkan memukul kepala pemuda itu dengan spidol di tangannya.

"Lo kok jadi liar gini sih, No?" tanya Jaebi dengan ekspresi tak percaya yang dibuat-buat. "Padahal kan lo tuh dulu kalem, bahkan jadi cowok kesayangannya anak-anak 2A3."

Jevon mengangguk setuju. "Lo ketularan siapa sih."

Eno melengos keras, menatap Jevon tajam. Dengan tatapan, sudah jelas ia menunjuk Jevon langsung.

"Gue?" tanya Jevon menunjuk dirinya sendiri, "eh gue sebelum masuk ni kelas bobrok juga dulu kalem ya. Lo lupa? Gue nih Raja MOS! Idaman!"

"Berarti siapa penyebar virus sebenarnya?" tanya Jaebi menanggapi asal.

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang