05. Penyesalan

128K 16.2K 2.7K
                                    


"Yena," panggil Mr Simon ketika Yena menyusun buku siswa di meja guru, "dibawa ke ruangan saya ya," katanya sambil berdiri, Yena mengangguk mengiyakan. "Nanti baliknya sekalian bawa LKS kemarin..." Mr Simon diam sejenak, memandangi ruang kelas, "satu orang temani Yena bawa buku dari ruangan saya."


"ENO, SIR!"


Eno yang namanya disebut dengan kompak terkejut setengah mati. Entah juga komando dari siapa, kelas 11 MIPA 3 itu kompak berteriak menyebutkan nama Eno. Yena di samping Mr Simon diam-diam mendelik pada teman-teman kelasnya.

"Eno, temenin Yena ya," perintah Mr Simon membuat para siswa tak bisa menahan untuk tidak bersorak senang karena berhasil. Guru muda ganteng tersebut menggeleng kecil melihat kelakuan para muridnya itu, lalu beranjak meninggalkan ruangan.

Yena diam-diam melengos, meraih tumpukan buku siswa dan berjalan mengekori. Eno membasahi bibir bawah, lalu berdiri. Para murid jadi diam memandangi itu. Eno mendekat ke samping Yena, keluar kelas bersamaan.

"Gue aja yang bawa," kata Eno mengambil alih tumpukan buku Yena.

Yena hanya diam, tak menolak atau pun menyahut. Gadis itu menyisakan lima buku saja, memeganginya dan terus mengekori Mr Simon.

Eno jadi merapatkan bibir, agak canggung berjalan di samping gadis berambut pendek ini. Bersampingan begini sosok Yena makin terlihat imut hanya mencapai pundak Eno yang jangkung.

Sampai ke kantor guru pun, keduanya masih hening. Yena bahkan tak memandang Eno. Ia hanya diam saat mengambil tumpukan LKS di meja Mr Simon. Eno lagi-lagi mengambil alih. Yena tanpa membuka suara membagi dua dan mulai berjalan pergi begitu saja. Eno merapatkan bibir, mendesah pelan dan segera mengejar gadis itu.

"Yena."

Mau tak mau Yena menoleh. Cowok tampan itu berjalan cepat hingga ke depan gadis itu.

"Sampai kapan sih lo mau marah?" tanya Eno sudah lelah.

Yena mengangkat sebelah alis, "gue kan udah bilang gue nggak marah," katanya datar membuat Eno terdiam. "Jangan dibahas lagi kenapa sih?"

Eno mendesah pelan, "ya elo diemin gue gini."

"Dih, apasih. Biasa aja kok," kata Yena cuek, lalu melewati Eno dan berjalan pergi. Eno segera menyusul di sampingnya.

"Elo bener nggak marah lagi sama gue?" tanya Eno masih ragu.

"Iya," jawab Yena singkat.

Eno menipiskan bibir, diam beberapa saat. "...buat vlog yuk," celetuknya tiba-tiba.

"Udah kemaren sama Jeka," sahut Yena membuat Eno tersentak.

Eno mendesah samar dan mengalihkan wajah. Ia diam sejenak, "kok gue masih ngerasa lo marah sama gue?" tanya cowok itu tak bisa menahan diri.

Yena mengerling malas, "gue udah bilang kan gue nggak marah?" tanyanya mulai geram.

"Tapi lo diemin gue."

"Diemin apa sih? Emang lo mau gue gimana?"

Eno tersentak. Cowok itu langsung terdiam. Ia seperti tertampar keras.


Memangnya... Eno mau Yena gimana?


Bukankah memang ini adalah tingkah biasa seorang teman kelas? Eno dan Yena tak semeja dan memang tak terlalu akrab, lalu Eno berharap Yena melakukan apa?

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang