Theo terkejut ketika tiba-tiba ujung sweaternya ditarik dari belakang. Pemuda itu menoleh, melihat Yena sudah manyun dengan kening berkerut.
"Gue mau pulang sama lo!" kata Yena membuat Theo tersentak. "Gue nggak mau semobil sama dia."
Theo mengangkat alis, langsung mengerti. Keduanya kini sedang di pinggir halaman rumah Hanbin yang ramai balon warna warni dan masih ada beberapa bekas confetti acara ulang tahun Embun sore tadi. Hanbin memang memanggil teman-temannya di malam hari karena rumahnya sedang masak banyak hari ini.
"Kenapa?"
Yena melebarkan mata, "Gue mau pingsan anjir!!!!" katanya memekik tertahan. "Tu anak abis minum apa sih ha? Ih nyebelin!"
Theo membulatkan mata, lalu mengubah posisi berdiri jadi menghadap gadis itu sepenuhnya. Mengerti kali ini sahabatnya itu sudah mulai meledak lagi. Atau bahasa yang biasa Yena gunakan: 'ambyar'.
"Emang dia pikir gue apaan sih, Yong? Kemaren udah berdua-duaan sama degemnya itu. Terus sekarang datang lagi. Maunya apa? Ngasih gue harapan gitu? Kalau emang dia mau sama tu cewek yaudah pergi aja ngapain datang lagi gitu?"
Theo menghela nafas. Merasa kepalanya pening begitu saja. Berada di antara dua teman yang saling jatuh cinta memang posisi tersulit. Bukan urusan Theo, tapi biar gimanapun dia kepikiran juga karena keduanya adalah temannya.
"Gue nggak mau ngarep lagi. Pokoknya pulang ini gue mau sama elo," tegas Yena tak mau dibantah.
"Na, Eno sama Deya tuh dah nggak ada apa-apa," kata Theo mencoba menjelaskan. "Sekarang Eno dah fokus ke elo."
"Halah," sahut Yena mencibir begitu saja.
"Na! Yena!" panggilan heboh dari Jesya membuat Yena menolehkan kepala. Jesya berlari datang sambil membawa handphone tipis Yena. "Nih ada chat," katanya menyodorkan hape yang tadi ia pinjam untuk edit poto.
Yena menerimanya, namun terkejut ketika mendengar Jesya melanjutkan. Theo juga refleks mengumpat tanpa suara.
"Chat dari Jeka... pas Eno megang hape lo."
***
Jevon memandangi teman di sampingnya yang tanpa semangat memegangi hape dan merunduk diam. Pemuda itu mendesah berat, "war aja yuk No, daripada galau," celetuknya tak tega juga.
Barusan, ketika Eno iseng ingin melihat hape Yena dari Jesya, tepat sekali pop-up message Whatssap muncul. Menyebutkan nama Jeka.
Jeka: Nana aku mau nanya
Imut banget ya? Pake manggil Nana. Mereka pasti udah akrab banget.
Jevon mendesah berat memandangi Eno, "cari di wikihow dah gimana cara jadi pho," celetuknya membuat Eno dengan malas meliriknya tajam.
"Pepet aja kali, No! Lo mah cemen," lanjut Jevon mengompori.
Eno mendesah, mengalihkan pandangan. "Tapi Yena udah ngasih tanda..." katanya pelan membuat Jevon mengernyit. "Tadi dia ngejauh dari gue pas di mobil. Menurut psikologi bahasa tubuh, itu tanda seseorang merasa keganggu."
Jevon mencibir, "itu namanya salting goblok," sahutnya gemas sendiri sampai mengumpat kasar.
"Nggak, Jev," sahut Eno keras kepala. "Kalau salting aliran darahnya bakal ngelaju deras ke otak sampai buat mukanya merah. Tapi Yena tadi nggak gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔
Ficção AdolescenteKalau anak olimpiade berantem sama anak hits gara gara masalah vlog doang.... bakal baper nggak sih? - Yena awalnya termasuk para cewek yang sering menggoda Alveno, si cokiber -cowok kita bersama. Tapi karena Eno yang muncul di vlog adik kelas, Yena...