25. Case Closed

106K 14.9K 3.1K
                                    


Yena melirik, ia jadi gemetar kecil merasakan seseorang mendekat. Cewek itu berusaha setengah mati tetap tenang. Ia jadi bingung sendiri ketika membuka pintu kulkas Bobi. Yena makin merasa salah tingkah, sadar seseorang sudah memasuki area dapur. Ia berusaha menarik nafas menguasai diri, memutuskan menutup pintu kulkas begitu saja dan membalikkan tubuh ingin segera pergi.

Yena hampir saja memekik, menarik nafas kaget dengan leher yang langsung mendongak saat cowok jangkung itu sudah mendekat dan tahu-tahu berdiri di depannya. Ia bahkan sampai termundur menubruk pelan pintu kulkas di belakang punggungnya. Mata bundar Yena melebar, membalas tatapan lurus Eno padanya.

Garis wajah Eno nampak kaku, menatap Yena dengan rahang mengeras yang terlihat menahan marah. Membuat Yena bukannya takut, malah jadi melumer tak karuan membalas tatapan pemuda tampan itu.

Tapi Yena berdehem, segera memasang ekspresi tenang. "Apa?" tanya cewek itu menantang, mendorong Eno sampai termundur. "Ngapain lo deket-deket? Jangan berani ya lo," ancamnya melotot kecil, menyindir pemuda itu.

Eno jadi mengangkat sebelah alis, sebenarnya mengerti maksud sindiran gadis itu. "Kenapa gue harus nggak berani sama lo?" balas Eno seakan tertantang tak mau kalah.

Yena jadi mencibir, menahan setengah mati agar pipi bulatnya tak memerah. "Pergi sana!" usirnya mendorong Eno lagi, lalu segera beranjak dan berjalan pergi.

Eno dengan sebal mendecak gadis itu mencoba kabur. Ia dengan segera maju dan menarik lengan gadis itu menahannya. Membuat Yena yang terkejut tak menyangka memekik kecil dan hampir saja kehilangan keseimbangan kalau saja tubuh jangkung Eno tak segera merapat menopangnya.

Yena langsung membelalak, tersadar sudah menempel rapat membuatnya refleks melirik ke arah pintu belakang rumah Bobi yang terbuka lebar. Untung saja kini teman-temannya yang berkumpul di sana sedang sibuk menyanyi-nyanyi mengikuti koreo dari Jane dan yang lain.

"Ck, apasih lo." Yena mencoba melepaskan diri, membuat Eno yang diam-diam terpana menatap gadis ini dari dekat jadi mengerjap dan secara naluri malah mengeratkan genggamannya tak mau melepaskan Yena begitu saja.

Yena melotot geram, tak bisa menahan kedua pipi bulatnya memanas ditatap dalam Eno dalam jarak dekat begini. "E-eh, l-lo nggak usah macem-macem kayak kemaren ya!" ancamnya terbata-bata. Walau jelas sekali menutupi gugupnya.

Melihat pipi bulat Yena mulai merona, Eno malah mengangkat sebelah alis dengan senyum tertahan. "Macem-macem gimana?" tanyanya malah merunduk, mendekatkan wajah membuat Yena refleks menarik kepalanya menjauh.

Yena merenggut kesal, menoleh ke arah pintu lagi. Ia mengerang kecil dan mencoba kembali menatap garang Eno. "Nanti ada yang liat," ceplos gadis itu membuat Eno malah kembali menahan senyum geli.

Eno dengan tenang menoleh pada pintu yang terbuka, lalu kembali memandang Yena. Matanya mengerjap pelan, menatap Yena tepat. "Apa kita ke kamar Bobi lagi?" tanyanya dengan raut polos, langsung membuat mata bundar Yena membelalak bahkan hampir mencelat.






"ARGH!"


Gadis itu langsung menendangkan kakinya membuat Eno sampai berteriak antara kaget dan sakit. Yena langsung mengamuk, memukuli Eno dengan tinjuan kecilnya dan beberapa kali mendorong-dorong cowok itu.

"LO TUH KEBANYAKAN GAUL BARENG TEYONG SAMA JEVON YA JADI GINI!!!"

"Na, aduh Na, sakit!"

Yena tak mendengarkan, terus memukuli punggung Eno yang mencoba meronta minta dilepaskan.

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang