02. Baper

153K 17K 2.3K
                                    


Kelas 2A3 sedang sibuk memakai sepatu mereka karena baru saja selesai mengepel lab computer. Lisa dan Hanbin sudah saling kejar-kejaran karena sepatu kiri Lisa dibawa kabur cowok itu. Jevon dengan manisnya berlutut, mengikatkan tali sepatu Jane. Yoyo dan Bobi sedari tadi sudah digebuki karena menukar-nukar pasangan sepatu lalu ngeles dengan bilang: 'tenang, walau dipisah kalau emang jodoh pasti ketemu'.

Kerumunan heboh itu sempat memelan ketika gerombolan adik kelas melewati mereka, ingin menuju lab Biologi. Hanbin sudah sibuk tersenyum dan melambai-lambai pada para adik kelas yang menyapanya. Bobi mendadak jadi berdiri tegak dan memasang tampang cool, tersenyum miring pada beberapa siswi yang menatapnya.

"Kak Eno..." sapa siswi cantik berambut panjang yang melewati mereka, tersenyum ramah pada Eno yang bersandar di dinding di samping Theo.

"Deya, abang Hanbin nggak disapa nih?" celetuk Hanbin memainkan alis membuat Lisa didekatnya tak tahan untuk tidak menjambak rambut pemuda itu dari belakang.

Deya menoleh, meringis kecil. Tak sadar beberapa pasang mata siswi 2A3 menatapinya dengan tajam. Gadis itu mengangguk ramah, lalu mengekori kumpulannya.

"Eh, Deya," tahan Eno membuat Deya berhenti dan menoleh. Cowok itu menegak, lalu melangkah mendekat. Ia berikutnya mengatakan sesuatu dengan pelan membuat Deya lebih mendekat.


"Cantik banget anjir. Aku mah apa. Ampas," bisik Hanin sudah keki.

"Lah gue serbuk asbak bisa apa," celetuk Haylie.

"Liat tuh liat, senyumnya gula banget," bisik Jesya mendekat, meliriki Deya yang tertawa riang.

Mereka mendelik melihat Eno tertawa renyah, mengacak puncak kepala Deya. Jane bahkan yang sedang di samping Jevon mendelik kecil melihat itu.

Ini Eno, guys. Alveno Bagaskara.

Cokiber 2A3.

Satu-satunya cowok ganteng yang normal. Jelas saja semuanya jadi tak terima anak emas satu itu didekati satu cewek secara intens.

"Yena," panggil Jay membuat Yena yang sedari tadi diam terlonjak kaget. Ia bahkan terloncat kecil dan menoleh.

"Bagi cokelatnya dong," kata Jay melihat Yena sedang mengemut permen cokelat.

Yena merogoh kantung seragam, menyodorkannya. "Tapi pahit loh," katanya membuat Jay mengernyit. Yena mengecap permen di mulutnya, kembali melirik. Kini Deya melambai kecil pada Eno yang juga melambai. "Pahit banget sampe pengen gue muntahin," gumam Yena tanpa sadar, membuat Jay mengernyit tak paham. Tapi Jay tak terlalu mengurusi dan membuka permen cokelatnya.

Yena menghela nafas berat, membuang muka. "Jay," panggilnya membuat Jay bergumam menjawab. "Emang vlog gue boring banget ya?" tanyanya membuat Jay tersentak.

"Ha? Yang mana?"

"Si Eno mau aja nongol di vlog Deya. Bahkan ketawa ganteng gitu. Lah di vlog gue? Waktu yang kita bikin kemah itu si Eno nggak mau ikut malah main pees di rumah," omel Yena merasa emosi. "Tiap gue panggil dia cuma noleh bentar ke kamera gue terus pergi. Kalau kagak gue tanya ya dia nggak jawab."

Jay mengecap permen di bibirnya dengan alis berkerut samar. "Perasaan si Eno emang gitu deh, Na."

"Iya, Jay, gue ngerti. Tapi kenapa pas di vlog Deya dia gitu banget," sahut Yena memerotes.

Jay menoleh pada Eno yang kini kembali ke samping Theo. "Pacaran kali?"

Yena tersentak. Mata bulatnya melebar, "pacaran?" tanyanya mengulang dengan nada lemah.

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang