Eno menunduk, membaca buku tebal di depannya di meja kelas pagi itu. Sampai ketenangannya terpecah dengan bayang seseorang yang mendekat dan berhenti di depan mejanya yang memang berada di pojok depan. Eno mengangkat wajah, melihat gadis berambut pendek bob menatapnya.
"Kenapa tadi malam nyariin gue?" tanya Yena begitu saja, tak ada sapaan selamat pagi atau apapun.
Eno mengangkat alis, dengan tenang menempelkan punggung ke kursi menatap gadis itu. "Nggak papa," jawabnya kalem.
Yena jadi mengernyit, "aneh lo," ucap gadis itu membuat Eno tersentak. "Kenapa lo chat dengan alasan nggak jelas?"
Eno mendesah pelan. Membalas tatapan Yena tepat dengan tenang. "Bukannya dulu elo selalu chat gue dengan alasan nggak jelas?" tanyanya membalas.
Yena jadi mendecih, "gue iseng kok. Kenapa lo baper?" tanyanya menembak. Eno jadi mengangkat alis tinggi.
Beberapa murid yang sudah di kelas jadi hening tak bersuara. Walau mereka sibuk melakukan kegiatan, tapi pada nyatanya tubuh mereka condong pada meja di pojok itu untuk menguping.
"Gue tahu elo bukan tipekal orang iseng. Lo selalu sibuk belajar dan ngerjain soal-soal latihan, kan? Kenapa lo tiba-tiba chat gue dan nyariin gitu?" tanya Yena menuntut. Sebenarnya kalimat lainnya: 'kemaren-kemaren kemana aja?'
Eno terdiam beberapa saat. Pemuda itu balas tatapan Yena tepat. Ada perasaan membara yang seakan tersinggung dipojokkan oleh gadis ini.
"Gue chat lo karena pengen tahu keadaan lo," katanya tiba-tiba, membuat Yena jadi tersentak. "Gue chat karena pengen tahu lo dimana. Lo lagi apa. Lo udah makan atau belum."
Yena jadi yang terdiam kali ini. Jantungnya seperti terkena tebakan tepat. Begitupula para teman kelasnya yang jadi membuka mulut tanpa suara, ikut membeku.
Eno mengerjap pelan, menatap gadis itu teduh. "Apa alasan gue masih nggak jelas?"
Yena menggigit bibir sedikit. Kali ini merasa kalah telak karena terdiam habis kata. Gadis itu menatap Eno dengan tatapan tak terbaca. Walau perlahan kedua pipi bulatnya terlihat mulai merona tak bisa dicegah.
Hening beberapa saat.
Sampai kemudian Eno menegakkan tubuh memajukan diri tak lagi bersandar. Ia makin menatap gadis itu dalam. Kemudian berbisik pelan membuat para murid lain di sekitar mereka tak bisa mendengar.
"Kita udah tatap-tatapan lebih dari sembilan detik. Apa lo mulai ngerasain sesuatu?"
Mata bulat Yena melebar. Seperti dapat kutukan maut, gadis itu bergetar pelan dan membeku begitu saja. Yena langsung memerah. Merasa wajahnya memanas. Ingin sekali rasanya menonjok pemuda ini sekarang juga tapi di sisi lain rasanya ingin menjerit sekuat-kuatnya.
Yena mengerjap, berdehem mencoba menguasai diri. "Gue nggak ngerti lo ngomong apa," katanya jutek, menutupi salah tingkah. Langsung beranjak pergi dan berjalan cepat meninggalkan meja pemuda itu.
Eno tak perlu memandangi kepergian Yena. Karena dirinya sendiri sibuk menahan senyum merasa menang kali ini membuat pipi gadis itu merona tak bisa ditahan. Walau tak sadar... kedua pipinya sendiri sudah memerah juga.
***
Jeka mengerjap, menatap horror sahabatnya ini yang baru saja datang sudah melompat ke kursi di belakangnya dan merengek sambil mengacak-acak rambut pendeknya seperti kesurupan.
![](https://img.wattpad.com/cover/84779618-288-k717074.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔
Novela JuvenilKalau anak olimpiade berantem sama anak hits gara gara masalah vlog doang.... bakal baper nggak sih? - Yena awalnya termasuk para cewek yang sering menggoda Alveno, si cokiber -cowok kita bersama. Tapi karena Eno yang muncul di vlog adik kelas, Yena...