29. Tak Tertebak

108K 14.6K 2.1K
                                    


Yena memainkan sedotan di gelas plastiknya memandangi dua orang pemuda yang asik berdua di pojok depan kelas sambil mengobrol asik dengan kepala tertunduk pada hape masing-masing.

"Jen," panggil Yena menyenggol Jane di sampingnya.

"Hm?" Jane menoleh sesaat, masih sibuk menonton drama Korea di laptop Miya.

"Elo... ngerasa nggak sih sekarang tuh Jevon sama Eno kayak mahoan?"

Jane yang padahal fokus sepenuhnya langsung menoleh dengan delikan. Ia segera melepas headset di telinganya, "ha? Paan?"

Yena melengos, menoleh pada Jevon dan Eno yang kini saling tonjok. Bahkan Jevon agak bangkit dari duduk, menjitak kepala Eno yang segera dibalas Eno dengan dorongan.

"Liat... makin mesra...." ucap Yena tak percaya sendiri.

"Yaelah Na masa gitu ae cembokur. Jevon masih nafsu sama gue, tenang aja," celetuk Jane agal asal, kembali ingin memakai headset.

"Masalahnya itu Eno, Jen," kata Yena membuat Jane jadi menoleh lagi. "Makin kesini makin mengkhawatirkan lengket sama cowok lo..." sambungnya dengan nada serius yang khawatir.

"Hm. Terusin aja hina cowok gue," kata Jane sarkas. "Mungkin mereka sama-sama lagi cari perlarian gara-gara si Teyong mau ke Jepang bentar lagi," lanjutnya kembali asal. Mengingatkan si ketua kelas yang mendapat beasiswa ke Jepang.

Yena melengos panjang, "kemana cowok 4 menit 9 detik gue yang dulu..." gumamnya tanpa sadar, memandang Eno yang sudah bisa tertawa riang membuat kedua matanya menyipit saling serang dengan Jevon.

Padahal dulu kan, senyum aja si Eno irit.

"Halah. Dia jadi sebego Hanbin pun lo tetep nunggu," celetuk Jane sebelum kembali memasangkan headset ke telinga.

Yena mengangkat alis, tapi tak mengelak. Gadis itu jadi menyendu. Hm. Sampai kapan dia menunggu?


***


"Hm. Lagi-lagi pada masing-masing gini," kata Yena menyindir membuat yang lain jadi menolehkan kepala.

"Sorry sorry Na, lagi males bawa mobil," kata Bobi menyampirkan tas ke pundak.

"Ihhhh gue kan mau ikut. Bentar lagi kenaikan kelas kita udah mau pisah," rengek Yena mencuatkan bibir.

"Yaudah naik taksi, jangan manja," celetuk Theo menutup pintu lemari kelas.

"Halah, lo nggak join aja nggak usah ikutan," balas Yena langsung sewot.

"Bukannya ada yang rumahnya searah Taman Sari?" sindir Yoyo berjalan menyusuri barisan meja melirik seorang cowok yang sibuk mengemasi barang-barangnya ke tas seakan tuli dan tak menyahuti dari tadi.

"No, mau ikut ke rumah Hanbin nggak?" tanya Jevon menyeletuk, membuat Yena melirik namun belagak tak mendengar.

Eno menoleh berdiri menyampirkan ranselnya. Matanya melirik gadis mungil itu yang membuang muka darinya dan tenang tanpa ekspresi.

"Nggak. Gue mau ke rumah Teyong," jawab Eno singkat, langsung beranjak dan berjalan pergi lebih dulu.

"Sett dah sok ganteng lu," balas Jevon menggerutu. Padahal mau dibantu biar berdua malah nggak tahu diri gitu.

Yena melirik, hanya diam ketika Eno melewatinya. Keningnya agak berkerut samar. Ia mendongak, jadi memandang Theo yang berjalan tenang mulai mengekor.

Merasa dihakimi melalui tatapan, Theo membalas pandangan Yena. "Apa? Katanya gue nggak boleh ikutan, kan?" kata cowok itu tanpa beban, lalu dengan santai kembali melangkah.

2A3: 4 Menit 9 Detik ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang