"HUAAAAAAAAAA!"
"Aduh! Aduh!" Gue mengusap puncak kepala gue, sambil berusaha mengkondisikan wajah.
"Kamu ngapain di situ?!"
Gue menengok ke arah suara yang ternyata Nabila, lagi pula siapa lagi. Nablia dalam posisi paska kejengkang, dia berusaha berdiri tapi sepertinya masih shock, ngga tau kenapa, "Ya aku tidurlah," kata gue sambil menarik sarung.
"Ya ngga di sini juga dong, kamu bikin takut kalau tidur di situ,"
"Terus, di atas meja makan gitu tidurnya?"
Dia membelokkan arah pandangannya sambil menarik bibir kecut, "Aku kira kamu pocong,"
"Ngga ada pocong seganteng aku Nab,"
"Kalau dari belakang keliatan kayak pocong, udah ah aku mau tidur, kamu jangan gangguin!"
Lalu pintu tertutup disertai suara gedebug yang keras. Gue mengelap wajah, sambil menahan kantuk, nyawa gue belum sepenuhnya kekumpul sekarang. Gue berdiri, berusaha menyeimbangkan tubuh ketika tiba-tiba pintu tergeser dengan keras.
"Hmm?" gue menaikkan sebelah alis, menatap Nabila penuh tanya.
"Aku ngga mau liat pocong lagi,"
***
Bayangan seperti sukro itu bukan pocong. Tapi Anto. Saat kugeser pintu itu beberapa menit yang lalu, dia mengaduh, mengeluh karena kepalanya terbentur pintu yang kugeser. Akhirnya kubilang kepadanya kalau dia mirip pocong, tapi dia balas, 'Ngga ada pocong seganteng aku, Nab'.
Aku ngga tau harus bersikap gimana tapi sebagian dari diriku senang dia menyebut dirinya aku.
"Jadiiiiii?" tanyanya, setelah sekian lama hening mengelilingi aku dan dia. Aku memang menutup pintu saat tau bayangan sukro bukan pocong, tapi kemudian aku membukanya kembali, mempersilahkan Anto masuk, karena kemungkinan pocong akan muncul itu masih besar. Pocong bisa muncul kapan aja.
Anto menyentuh bed cover lalu duduk pelan-pelan, spontan aku berdiri dari kasur.
"Da-da-da-da ri pa-pa—"
"Aku ngga masalah tidur di luar," Dia kemudian berdiri, membenarkan sarungnya, aku pun duduk kembali di pinggir kasur.
"Aku bermasalah kalau kamu tidur di luar," kataku, penuh dengan penyesalan sedetik kemudian. Ugh, aku baru tau aku bisa mengeluarkan kata-kata itu, "ng, maksud aku aku-aku ngga mau liat pocong,"
"Aku ngga paham, coba tolong jelaskan ulang,"
Yah, sial, dia pura-pura ngga paham.
"Yaa ... aku ngga mau liat pocong ..." aku berusaha untuk tidak terlihat benar-benar membutuhkannya, tapi dia malah mengacaukan fokusku dengan berjalan ka arahku. Aku menunduk, tak ingin menatap mata coklat gelapnya.
"Aku-aku-aku juga ngga mau liat kuntilanak ..."
Dia menurunkan badannya dan jongkok di depanku, "Aku udah bilang ke mami untuk jamin keselamatan kamu. Jadi aku janji ngga ada pocong, ngga ada kuntilanak. You save here. Aku di ruang tengah kalau kamu cariin aku," Kemudian Anto berdiri, tak lupa membenarkan sarung yang terlampir di bahunya, lalu dia mengacak-acak rambutku sebelum beranjak pergi keluar kamar.
"Aku mau coba ngga alergi sama sofa," dia memegang kenop pintu kamar.
***
Kumandang shalawat dari masjid belakang rumah mengisi telinga gue, gue langsung mengucek mata dan menegakkan punggung yang ternyata remuk akibat tidur ngga afdol di atas sofa. Semalam, setelah dipesani Nabila untuk tidak menutup pintu kamar, ajaibnya gue langsung terlelap dengan kaki kanan ke atas sementara kaki kiri menjulur lurus. Intinya, gue tidur udah kaya gerakan yoga.
![](https://img.wattpad.com/cover/92887378-288-k595617.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gak Mau Nikah
ChickLitNabila Aku 17 tahun, baru saja hengkang dari SMA. Tau-tau, Aku dijodohkan dengan om-om berusia 27 tahun, dan dilamar lewat free call Whatsapp (Kurang romantis apa coba?), sialnya dia tak menerima jawaban selain 'Ya', padahal beribu kali kujawab 'AB...