"Nabila ..."
Aku mendongakan kepalaku, saat aku membereskan happy meals yang terjatuh. Sorot mata yang akhir-akhir ini kulihat menatapku nanar. Aku membelalak, berusaha menutup pikiranku dari pengaruh negatif, berusaha tidak sentimental dan menjadi rasional, namun ketika wanita itu menarik lengannya, aku ngga bisa.
Aku segera berbalik dan memeluk kresek mekdi kuat-kuat di depan dadaku, sementara Anto masih memanggil-manggil namaku. Hatiku, maafkan aku menyakitimu lagi.
Tapi ketika aku hendak mengusap air mata yang jatuh, pundakku di tarik kebelakang, cukup kuat untuk membuatku berbalik dan menghadap Anto. Ya Tuhan aku ngga sanggup!
"Nab," katanya. Aku yang lemah dan lelah dengan segalanya hanya bisa melanjutkan tangisanku dan menutup wajahku dengan kresek sialan, "are u okay?"
Gigimu okay!!
Dulu di TK dia diajarin empati simpati ga sih?!!
Apa yang ada dipikirin ketika aku sakit hati, patah hati, cemburu, iri, disorientasi, lalu memilih untuk kabur dari semua masalah seperti pengecut, tiba-tiba dia muncul dengan seorang wanita yang terlalu pantas untuk bersanding di sisinya.
Aku nggak bisa boong. Cewek tadi kelewat match, suits buat Anto. Shes all the men dreaming about women. Keinsecurean ini membuatku ngga bisa berhenti menangis, bodo amat diliatin seantero Jakarta. Aku sedih!
"Im fucking not okay," bisikku, yang kutau selanjutnya adalah aku berada dalam dekapan Anto.
"Kita cari tempat lain, ya?"
"Ngga. Kita selesaikan di sini," kataku tegas, "sekarang juga,"
Aku bisa mendengar Anto menghela nafas, "Kalau gitu, lepas dong kresek mcdonald nya,"
Aku menggeleng, ogah!!
"Tatap mata aku, Nab," Anto menurunkan tanganku, namun aku tidak akan bersifat koperatif padanya, "aku mau liat wajah kamu,"
"Its been a week Nab. I cant stand it no more. Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh benci aku, kamu boleh ngga suka aku. tapi please ... selama kamu pergi aku berusaha keras untuk stay sane, keeping my ego and selfish, tapi itu ngga bertahan lama. I miss you, I miss you so much. Aku cari kamu, keeping you safe from afar. Menahan egoku untuk ga ketemu kamu supaya kamu punya ruang yang pernah kamu minta. Nggak meminta kamu untuk tinggal supaya kamu punya ruang itu. Dan ini batasnya, Nab,"
"Aku ngga bisa nahan lebih lama,"
Aku menurunkan lenganku, menahan keinginan untuk menjawab semuanya, "Kamu ngga percaya sama aku, you've hurted me ... dan sekarang muncul sama seseorang, yang bikin insecure dan overthinkingku melambung ..."
"Aku salah, aku minta maaf soal itu,"
Dan seakan Tuhan menyelamatkanku, hujan deras tiba-tiba turun, membuat pertahanan Anto lengah, aku segera pergi masuk ke apartemen dan menuju unit Maureen. Ternyata aku bisa meninggalkan dia kehujanan tanpa menoleh sedikitpun.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Gak Mau Nikah
ChickLitNabila Aku 17 tahun, baru saja hengkang dari SMA. Tau-tau, Aku dijodohkan dengan om-om berusia 27 tahun, dan dilamar lewat free call Whatsapp (Kurang romantis apa coba?), sialnya dia tak menerima jawaban selain 'Ya', padahal beribu kali kujawab 'AB...