"Pak, bapak ngga apa-apa, pak?"
"Bapak denger saya ngga?"
Gue masih mencoba menyadarkan pengendara motor yang tergeletak tak berdaya karena terserempet mobil mabok tadi. Untungnya bukan gue yang kena sial, coba aja tadi gue ngga miringin motor, udah jadi bebek penyet kali gue. Jadi setelah mobil itu menabrak sana-sini, gue turun dari motor seketika setelah melihat motor yang sebelumnya ada di samping kanan gue, jatuh. Pengendaranya bapak-bapak kayaknya. Soalnya kumisnya udah kayak ijuk gitu. Korban tergeletak tak berdaya, sepertinya menderita luka dalam dan luka hati, hehe.
Setelah ambulan datang, dan bapak-bapak itu diurus rumah sakit, gue melangkahkan kaki ke tepi jalan tempat di mana motor gue diparkirkan. Kini suasananya makin ramai setelah mobil polisi berdatangan, gue menggerakkan tangan kanan gue, yang disambut suara klerek-klrek dan nyeri yang tak berkesudahan. Sambil mendesah gue menelpon Adyo.
"Yo, boleh datang ke sini, ga? Tangan gue patah,"
Adyo di ujung sana langsung mengiyakan dan bilang on the way, semoga bukan on the way kamar mandi.
***
"AWWWW ANJIR SAKIIT,"
"Ah lu, katanya bentar lagi kawin lu, kudu kuat jadi laki mah!"
Setelah dijemput Adyo, gue langsung dilarikan ke pondok pijat yang ampuh, gue kenal babeh tukang pijat ini lima tahun yang lalu, saat gue jatuh dari ketinggian 1000 meter dan nyantkut di pohon durian. Adyo yang takut tangan gue patah langsung tancap gas dan menelpon babeh untuk siap-siap anak kesayangan minta diurut. Jadi sekarang gue lagi menahan rasa sakit akibat tenaga sun gokong yang lagi melintir tangan gue.
"Beh, ini patah ya?" tanya Adyo sambil menunjuk tangan kanan gue yang terlihat mengerikan, iya lah ngeri, dipijatnya kayak dicuci pakai mesin.
"Siapa yang bilang potel? Kekilir doang ini mah,"
"Alay lu To," Adyo mengernyitkan jidatnya jijik, ya elah dramatisir dikit ngga apa-apa kali.
"Kawin sama siapa lu, To?" tanya babeh kemudian.
Gue meringis, "Sama Kezia, beh," still remember Kezia? Mantan istri si Adyo curut.
Kemudian gue dapat pelototan Adyo, dia langsung memberikan isyarat yang gue artikan sebagai 'go to the hell now', meskipun sudah cerai lima bulan yang lalu, ngga berarti Adyo bisa melupakan Kezia yang bikin dia patah tulang dan diurut di sini juga. Memang yang menggugat cerai bukan Adyo, tapi Kezia. Alasannya klasik bener, kata Kezia, Adyo terlalu sibuk dan nggak ada waktu buat Kezia. Ngga ada waktu dari Hong Kong, orang jelas-jelas Adyo selalu usahain semua kerjaan kantor selesai pada waktunya supaya dia bisa nafkahin batin Kezia, malah si Kezianya keluyuran ngga tau ke mana. Emang dasar ngga cinta aja kali Kezia, nikahin cuma biar ngga disalahin atas sekaratnya Adyo.
Jujur gue emang ngga suka sama perempuan itu, selain pertama karena dia yang bikin cita-cita gue luntur, orangnya juga egoisnya minta ampun. Syukurlah Adyo sekarang udah pisah sama dia. Seengganya Adyo ngga terus-terus ditipu Kezia.
"Yo, cari istri lagi sana," babeh menekan tangan gue.
"Awww!"
Adyo berhenti memainkan ponselnya dan melirik babeh serius, "Punya koleksi ngga beh?"
"Beh, sakit banget!" kata gue, disambut dengan bogem babeh yang sebesar batok kelapa.
"Diem, gue ngga nanya elu," babeh melanjutkan penyiksaannya terhadap gue, "Ada tuh banyak katalognya, pilih aja Yo,"
![](https://img.wattpad.com/cover/92887378-288-k595617.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gak Mau Nikah
Chick-LitNabila Aku 17 tahun, baru saja hengkang dari SMA. Tau-tau, Aku dijodohkan dengan om-om berusia 27 tahun, dan dilamar lewat free call Whatsapp (Kurang romantis apa coba?), sialnya dia tak menerima jawaban selain 'Ya', padahal beribu kali kujawab 'AB...