Rekonsiliasi

177 11 3
                                    

Berapa rate mood gua saat ini? 0,1 dari 10. Shit. Damn. She s ruined my life.

Argh, kenapa sih kenapa?!

Astaga

"Gua pamit dulu," kataku tegas setelah Taya memohon-mohon untuk tetap tinggal temani dia. No, no, damagenya bisa besar dan gua akan terus menyesali kalau gua gak menyerah.

Im giving up Nabila, give up. Gue memutuskan untuk menyerah, gue memutuskan untuk terserah deh apa yang kamu mau Nab, gue terlalu lelah dengan hati yang fragile ngga ketolong ini. Gue capek harus begini, dan gue mau berhenti untuk berusaha.

So here I am, di depan pintu unit Maureen. No or never.

Dengan kadar rasional ala kadarnya gue memencet bel, telling her I am here, ANTO is here.

Ngga begitu lama, pintu terbuka, Nabila dengan baju basahnya yang masih dia kenakan tadi, rambut kuyup dan mata berair, sesenggukan sambil mengelap ingusnya.

"Mau masuk?" tanyanya pelan, dia masih menunduk, membetulkan rambutnya, "Maureen aku kick dari unitnya sendiri, shes not gonna come for a while,"

Akhirnya gue masuk, berdiri canggung. Tanpa preambule gue memulai penyerahan diri gue, "Aku nyerah, Nab."

Nabila masih mengeluarkan air matanya, dia mendongak, kini berani menatap mataku.

"Aku ke sini mau bilang bahwa ... aku sudah capek, dan aku mau menyudahi ini semua ..." gue bisa lihat Nabila makin kejer nangisnya, "I m giving up my ego for you,"

Tiba-tiba dia mendekat, dahinya berkerut-kerut, kini jarak gue dan dia hanya satu lengan, matanya begitu merah ketika wajahnya mendekat, "I m giving mine too,"

"Maaf aku delusional, maaf aku kehilangan akal sehatku, i m being too selfish at that time," katanya, masih terus mengeluarkan air mata yang menular, gue keikut nangis dalam sekejap waktu, gue mengulurkan tangan untuk mengelap air matanya.

"I hurted you, and I deserve lot of pain. Dan sakitnya ngga bisa kutahan, To. I miss you so much," Gue menggenggam wajahnya yang basah, "even happy meal cant make me happy,"

"Bentar, bentar ..." kata gue, di tengah isak tangis bersautan, "aku peluk kamu ya sekarang?"

Tanpa jawaban dia langsung mengulurkan tangannya dan meraih badan gue, dia tarik kuat-kuat, wajahnya menempel di dada, ingusnya juga.

"MAAFIN AKU ASLI, MAAFIN AKU," kemudian Nabila berteriak, suaranya teredam baju gue yang kini basah air mata. Gue mengelur kepalanya lembut, mendekapnya lebih erah, sampai tidak ada udara yang bisa masuk di antara kita.

"I m sorry too. Aku jahat banget sama kamu, Nab. Maaf. Sumpah aku sayang sama kamu, tenanan."

"Lepas dikit dong aku ngga bisa napas," Nabila melonggarkan pelukan dan menarik nafas dalam dan keras, dia menatap mata gue.

"Sorry," kata gue, lagi lagi meminta maaf.

"Kayaknya udah cukup deh maafannya. Aku capek nangis terus,"

Gue membelai rambut basahnya, mengelap air matanya dan mencium dahinya, mengangguk setuju bahwa sudah waktunya beralih ke tahap selanjutnya, "Kamu nanti sakit kalau ngga ganti baju,"

"Aku ganti dulu, ya?"

Gue mengangguk sembari bersyukur. Semudah ini, ternyata. Kenapa ngga dari dulu gue menyerah?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gak Mau NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang