"Aku udah enakan kok, pa," aku menyunggingkan senyuman terbaikku, untung mata sembabku ngga terlalu mencolok.
"Jangan kecapekan, lho, nanti kamu sakit, lagi." Mama menyendok nasinya.
Malam ini, aku, Anto, mama dan papa makan malam bersama, dengan menu utama opor ayam yang sukses kubuat dalam keadaan galau dan sedikit trauma. Jadi setelah Anto memelukku dan mengelus-ngelus rambut, dia menyuruhku untuk tidur siang, sementara dia menemani mama dan papa ngobrol. Sorenya aku dibanguni Anto, "Bentar lagi adzan ashar," begitu katanya. Selepas ashar aku langsung mengeksekusi ayam yang ada di kulkas dan mengubahnya menjadi opor.
"Mama seneng deh sama opornya," mama mengambil lagi sepotong ayam.
Papa juga ikut-ikutan nambah ayam, "Istrimu pinter masak, To,"
Aku sekarang menyetel diriku dengan program auto-smile sejak perjanjian ala sinetron dengan Anto, jadi aku tersenyum malu sambil tertawa kecil. Sebenarnya ingin muntah liat kelakuanku sendiri.
"Iyalah, siapa dulu suaminya," tambah Anto. Iya deh suka-suka dia aja.
"Oh ya, sebentar lagi kontainer yang bawa hadiah pernikahan kalian sampai, maaf ya, tapi mama pindahin biar Chloe main di gudang lagi."
Chloe itu kucing persianya mama, aku dengar dari ceritanya kalau dia punya sekitar empat indukan kucing di rumah dan sekitar enam anakan kucing, Anto juga sering main sama mereka kalau pulang ke rumah, katanya. Aku tidak terkejut dengan cinta mama untuk makhluk lucu itu sebesar container, aku terkejut karena hadiah pernikahan sampai harus diangkat kontainer.
Padahal aku bukan anak Obama.
Oke, oke, aku bukannya ngga bersyukur dengan hadiah sebanyak itu, paling-paling dari rekan kerja ayah-mami dan mama-papa, atau mungkin mas Adyo, atau mungkin temen-temennya Rania dan Bintang ... untuk yang terakhir, coret aja. Masalahnya adalah, pertama, di rumah ini hanya ada dua kamar tidur yang pasti tidak bisa diganggu gugat kegunannya (AKU NGGA MAU SEKAMAR SAMA DIA, MESKIPUN UDAH DIPELUK DAN DIGANDENG), satu gudang yang amat kecil, mungkin hanya satu per depalan puluh dari kontainer, satu kamar pembantu yang pasti nggak akan memuat brang-barang satu kontainer. Hayo.
Aku akui rumah ini besar, tapi sepertinya pemiliknya tidak peduli dengan pemanfaatan lahan dengan baik dan benar. Isi rumah terlalu lengang dan sigma (hehe) taman lebih besar dari bangunan rumah. Saat pertama kali aku mengetahui ini dan menyadari betapa lucunya rumah ini aku hanya bisa bermonolog : senyumin aja.
Sebenarnya aku juga nggak mau komplain, nggak mau ngeluh juga. Tapi radarku bilang, bakal ada yang ngga beres setelah semua hadiah diturunkan. Yah, aku hanya bisa berdoa terawangku benar-benar ngaco. Tolong amini, ya.
***
Sekarang pukul 11 dan masih ada sekitar hmm ... dua lusin benda tiga dimensi aneka bentuk yang berserakan di ruang tamu. Gudang belakang udah ngga muat, juga kamar di belakang, ruang cuci dan tempat jemuran juga udah penuh, meja-meja, dapur, sudut-sudut rumah bahkan kamar gue penuh sama hadiah dari ... tebak siapa.
Temen-temen cowok Nabila.
Gue hampir kejengkang pas sadar kalau pengirimnya kebanyakan ditujukan untuk Nabila, dan ngga sedikit yang dikasih nama di atasnya, yang gue itung, tiga puluh persen kado dari teman cowok Nabila. Dua persen dari fansnya. Fantastis banget ini istri si Anto.
Bukan cuma itu perkaranya, gue ngga punya kamar, kamar gue sulit untuk ditempati karena hadiah-kebanyakan itu. Wow. Sekarang keadaan gue antara senang dan takut. Senang bisa sebelahan sama Nabila tapi takut kalau-kalau insting singa betinanya muncul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gak Mau Nikah
ChickLitNabila Aku 17 tahun, baru saja hengkang dari SMA. Tau-tau, Aku dijodohkan dengan om-om berusia 27 tahun, dan dilamar lewat free call Whatsapp (Kurang romantis apa coba?), sialnya dia tak menerima jawaban selain 'Ya', padahal beribu kali kujawab 'AB...