can i trust you?

3.2K 514 61
                                    

Terhitung dua hari Lisa tak membalas semua pesan yang Bambam kirimkan padanya. Pertama, dia memang benar-benar sibuk. Dan yang kedua, dia masih kesal dengan pemuda itu.

Gadis yang sedang duduk bersebelahan dengan Jisoo di sofa ruang tengah dorm itu kemudian terkesiap saat ponselnya berdering.

Lisa menghela napas lega, begitu melihat nama Yugyeom di sana. Setidaknya ia tak harus dibuat badmood seharian oleh rentetan pesan Bambam.

Yugyeomie:
Lisa?

Lisa:
Iya kenapa, Gyeom?

Yugyeomie:
Kamu bisa bales chat Yugyeom, chat aku bahkan sama sekali gak dibaca

"Shit!"

Jisoo yang berada di sebelah Lisa terlonjak kaget, saat Lisa tiba-tiba mengumpat. Gadis itu menatap khawatir. "Kenapa kamu?"

"Kak, aku tuh capek. Kenapa sih, Bambam selalu nuduh padahal di sini aku tuh emang beneran sibuk!" pekik Lisa.

Menggeser duduknya, Jisoo merapat lebih dekat. Tatapan lembut gadis itu terarah pada Lisa. "Ayo cerita, kalian kenapa?"

"Aku gak ngerti, Kak. Aku selalu aja dituduh, padahal kalau gak balas chat ya karena aku sibuk atau capek," Lisa menyandarkan kepala di bahu Jisoo, terlalu lelah.

Gadis yang lebih tua dua tahun itu mengusap-usap lengan Lisa. "Ini tuh cuma ujian kecil. Kalian tuh cuma kurang komunikasi aja sih, kayaknya. Omongin baik-baik aja sama dia."

"Diomongin baik-baik juga, dianya kayak anak kecil," Lisa mencicit pelan, tangisan mulai keluar dari pelupuk mata gadis itu.

"Eh? Eh?" Jisoo menangkup wajah gadis yang disebut-sebut bak barbie hidup itu. "Jangan nangis ih, gak boleh nangis cuma karena cowok!"

"Tapi, Kak...," ingin Lisa mengutarakan apa yang ada, namun sema terbendung oleh airmata yang kian menderas.

Jisoo menarik napas panjang, pada akhirnya hanya bisa mengusap-usap punggung gadis itu, mencoba menenangkan.

Saat tangis sudah mulai reda, Lisa berkata. "Aku selalu percaya sama dia, tapi kenapa dia gak bisa percaya sama aku, Kak?"

Jisoo merasakan betul bagaimana kesedihan gadis itu. Lisa telah bertahun-tahun berjuang sendirian, lalu beginikah yang ia dapati?

Ingin rasanya Jisoo ikut menangis, namun ia menyadari bahwa dia adalah kakak tertua. Yang harus menguatkan, bukan ikut menangis.

"Kalian berdua harus sama-sama tenang dulu, dinginin kepala dulu," gadis berambut hitam legam itu mengusap punggung Lisa. "Percaya, cinta selalu tahu ke mana dia harus pulang."

Lisa terdiam dalam sisa tangis.

Iya, cinta selalu tahu jalan pulang.

Tapi bagaimana jika cinta itu tak percaya pada arah yang harus ia lewati? Akan sampaikah ia ke rumah?

***

shit, gue hampir nangis

Dari Bambam, Untuk LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang