Menatap gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, Bambam menelisik lantas tertawa kencang. "Mau ke mana kamu? Perasaan tadi masih jelek banget, bau, belum mandi."
Gadis berambut sebahu di depannya itu mendengus, menendang pelan tulang kering Bambam. "Mau ke rumah Kak Lisa!"
"Gak usah ikut ya!" Baby memasang tampang garang, mengancam kakaknya itu.
Baby tahu apa yang terjadi pada dua orang itu dan dia tidak menyukai apapun tentang gadis Jepang yang merusak segalanya itu.
"Baby," panggil Bambam, saat gadis itu sudah akan naik ke motor.
"Apaan? Gak, gak ada ikut-ikut!" ketus Baby.
"Kirim salam buat Kak Lisa," pesan Bambam, senyumnya melengkung pelan.
Baby terdiam, menatap wajah lembut yang jarang-jarang dilihatnya itu. Cukup aneh melihat kakaknya seperti itu, tapi ya tetap saja... dia masih kesal dengan Bambam!
"GAK!"
Yang Bambam bisa lakukan hanyalah menatap kepergian adiknya, ke rumah Lisa yang hanya memakan waktu sekitar lima belas menit dari rumahnya.
Sedekat itu.
Namun Bambam masih tak bisa menghampiri gadis itu. Bambam tak pernah merasa sia-sia untuk paling ke Thailand, tapi tetap saja seperti masih ada yang hilang.
Ia masih tak berani berbicara secara langsung dengan Lisa, dia memang pria pengecut. Dan mungkin karena itulah, sebaiknya Lisa memang tak usah bersama pemuda sepertinya?
Bukankah gadis itu bisa mendapatkan yang lebih baik?
Bukankah seharusnya Lisa bersama seseorang yang lebih bisa melindunginya?
"Apa mungkin, ini memang petunjuk bahwa sejauh apapun, batas kita cuma sampai di sini?"
Bambam lalu terdiam, berpikir.
Kesimpulan yang ia dapat adalah... jika bukan teman hidup, maka ia adalah pelajaran hidup.
Yang mana?
Apa ini saatnya menyerah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bambam, Untuk Lisa
Fanfiction[Book 1: Dari Lisa, Untuk Bambam] [Book 2: Dari Bambam, Untuk Lisa] . . . Bersamamu adalah suatu kebahagian yang tak pernah terkira nilainya.