Bambam mendesah kecewa, saat deretan pesannya pada Lisa sama sekali tak ada yang dibalas. Ia tahu, gadis itu akan sangat sibuk menjelang debutnya. Namun ... tak bisakah sedikit saja menengok ponsel? Ia sedang merindu di sini.
"Ck, dia lagi sibuk kali, jadi mending kamu duduk diam deh, Bam," ujar Jaebum yang sejak tadi terduduk di lantai ruang latihan.
"Lagian biar lo juga ngerasain, gimana rasanya rindu tapi gak dibalas," celetuk Jackson diiringi dengan cengiran lebarnya.
Pemuda itu mendelik kesal, lalu selanjutnya mendudukkan dirinya di sebelah Junior yang sedang bersandar di dinding ruang latihan sambil mendengarkan musik melalui earphone.
Belum lama duduk, ponsel dalam genggaman Bambam berbunyi. Membuat pemuda itu segera terlonjak dan menatap layar ponselnya.
Panggilan video dari Lalisa Manoban.
Tak sampai sedetik, Bambam langsung menjawab panggil video yang langsung memunculkan wajah Lisa di layar ponselnya.
"Rinduuu!" rengek Bambam begitu melihat Lisa sedang tersenyum di seberang sana.
Gadis itu terkekeh geli mendengar rengekan Bambam. "Baru kemarin ketemu juga."
Di sebelah Bambam, Junior sudah melepas earphonenya. Ia bergeser mendekati Bambam dan langsung melambai-lambaikan tangan di depan layar ponsel. "Hai Lisaaa!"
"Halo, Kak Junior," balas Lisa.
"Kamu udah sembuh, Lis?" tanya Junior.
Lisa tampak mengangguk. "Udah kok, Kak."
Bambam mengerucutkan bibirnya kesal, dia sedang rindu setengah mati, lalu kenapa gadisnya malah berbicara dengan Junior?
"Kak Junior, pindah sana ih," Bambam mendorong pelan Junior ke samping.
Namun pemuda itu tetap kembali ke sebelah Bambam, masih menampakkan wajah pada Lisa dan berbicara padanya.
"Eh, video call sama siapa tuh?" tanya Yugyeom yang kini berjalan menghampiri mereka. Ia lalu mendudukkan dirinya di sebelah Bambam. Lantas memekik saat melihat siapa yang berada di layar. "Ih, ada Lisa! Haiii Lisaaa!"
"Hai juga, Yugyeom."
Bambam melotot, lantas berusaha mengusir keduanya. "Ngapain sih semuanya? Pergi sana, ganggu orang aja!"
"Ck, kita juga pengen kali ngobrol sama Lisa. Lo yang udah sering, sana pergi aja," ujar Yugyeom. "Iya kan, Lis? Kamu pasti bosen juga kan ngobrol sama Bambam terus?"
Lisa tertawa renyah saat mendengat itu, tak lama kemudian ia mengangguk. "Iya, bosan sih, ngoborlnya sama dia terus."
"Tuhkan!" Yugyeom dan Junior berujar kompak, juga tertawa dengan kompaknya.
Sedang Bambam sudah merengut kesal. "LISAAA!"
"Hah? Lisa?" Jaebum yang sejak tadi sibuk sendiri, kini menoleh saat Bambam meneriakkan nama itu. Pemuda itu kini berjalan mendekati Bambam, ia melirik apa yang di ponsel. "Wah, mau juga dong gabung video call."
Jaebum kini menyeruak masuk di antara Bambam dan Junior, semakin membuat Bambam menggeram kesal. Namun pemuda itu tak peduli, dan lebih memilih menyapa Lisa.
"Halo, kakak-kakak. Aduh aku malu deh jadi rame gini," ujar Lisa.
"Santai aja Lisa, kamu kan udah jadi adik kami juga," sahut Junior.
Lisa tersenyum manis saat mendengar itu, membuat Bambam setidaknya ikut tersenyum saat melihat senyum itu. Namun senyumnya langsung pudar begitu Yugyeom memekik heboh.
"IH! SENYUM LISA MANIS BANGET, AKU MELELEH!"
Tok!
Bambam langsung memukul kepala Yugyeom. "Gak usah ribut!"
Belum selesai dengan Yugyeom, Bambam harus menghadapi kenyataan. Bahwa kini Mark dan Jackson mulai mendekat ke arahnya. Demi Tuhan, rasanya Bambam mau merebut ponselnya yang sekarang berada di tangan Junior!
"Eh, geser-geser," ujar Jackson pada Bambam.
Karena tak kunjung bergeser, dengan malas tau, Jackson memaksakan duduk dan menggeser Bambam dengan tubuhnya. Membuat pemuda itu tergeser ke belakang.
"HALOOO LISA!" sapa Jackson dengan hebohnya saat ia sudah duduk dengan benar.
"Junior, agak majuan lagi, biar kita semua kelihatan sama Lisa di sana," saran Youngjae yang entah dari mana sudah ada di belakang Junior.
Di belakang, Bambam menggeram kesal sendirian. Disaat ia rindu dan gadisnya muncul, kenapa member lain malah merusak semuanya?
Mereka masih tertawa-tertawa bersama Lisa, entah karena apa. Bambam sendiri tak tahu. Dengan kesal, pemuda itu berdiri dan merebut ponselnya dari tangan Junior.
Ia lantas berjalan menjauhi mereka semua diiringi dengan tatapan heran dari keenam orang lainnya.
"Kenapa sih, Bam?" tanya Lisa yang ikut terheran.
Pemuda itu mengerucutkan bibir, lalu berhenti di pojok ruang latihan. "Yang kangen sama kamu tuh aku, Lis."
"Ya tapi gak apa-apa kan ngobrol sama mereka? Kan kakak-kakak aku juga," jawab Lisa sambil tersenyum tipis. Kedua alisnya terangkat naik, seakan bertanya lagi pada Bambam.
"Ck, jangan keseringan. Nanti kalau kamu jadi suka sama kakak-kakak itu gimana?" Bambam memberi penekanan pada kata kakak-kakak.
Lisa tersenyum miring. "Ih, kayaknya aku mulai suka sama Kak Mark deh. Ganteng."
"Tuhkaaan!" Bambam merengek, bibirnya semakin ia kerucutkan.
Saat itu juga Lisa memecah tawanya. "Aduh, enggaklah. Aku kan sukanya cuma sama kamu."
"Aku sayangnya cuma sama kamu," Bambam mengoreksi. Perlahan, senyumnya terbentuk.
Lisa terkekeh, ia menganggum pelan. "Iya, aku sayangnya cuma sama kamu."
"Aku lebih sayang kamu," balas Bambam dengan senyum mengembang sempurna, pemuda itu lalu mendekatkan wajanya. Mencium layar ponsel.
Seiring dengan itu, tawa Lisa terdengar, bersamaan dengan sorakan heboh dari keenam member di ruang latihan itu.
***
Gue baru sadar, baru update 3 part di sini. Sama ini jadinya 4 part. Tapi ... viewersnya udah 2K aja buset. Huhu ku sayang kalian semua gaes. Kecup basah buat kalian :")
Part ini gak baper-baperan dulu ya wkwk. Soalnya part kemarin kayaknya udah kenyang ama komenan baper dan komenan pada mau mati:") wkwk aku puzink.
Walaupun sekarang ff bamlisa mulai bertebaran, tetep support ff ini ya gaes. Caranya ketik ic spasi bamlisa kirim ke 6288.
Gak deng. Caranya yang vomments aja wkwk. Maafin kalo komen kalian kadang gak aku bales, soalnya aku bingung mau bales apaaaa. Tapi makasih banget yaaa:') ku sayang kalian, tapi lebih sayang ama doi. Heh.
![](https://img.wattpad.com/cover/80173583-288-k421085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bambam, Untuk Lisa
Fanfic[Book 1: Dari Lisa, Untuk Bambam] [Book 2: Dari Bambam, Untuk Lisa] . . . Bersamamu adalah suatu kebahagian yang tak pernah terkira nilainya.