Three

22.6K 3.1K 235
                                    

Jun baru saja pulang ke rumah dan bersalaman dengan Ibunya dan juga Shane yang sedang berada di dapur saat mendengar pintu depan terbuka. Ayah baru saja pulang. Raut wajahnya terlihat lelah. Tadi memang sepertinya ada ribut-ribut di Rumah Sakit yang Jun tidak paham juga tentang apa. Yang dia tahu hanya para anggota dewan mendadak berkumpul dan saat dia melihat Azha keluar dari ruangan, wajahnya terlihat marah sekali sampai Jun enggan menegurnya.

"Are you okay?" tegur Rein sambil menyodorkan segelas air putih hangat untuk suaminya.

Ken berterima kasih saat menerima gelas tersebut, meminumnya kemudian memeluk Rein erat. "No, I'm having a bad day," ucapnya pelan.

Rein mengusap pipi Ken lembut saat Ken melepaskan pelukannya. "Sorry to hear that. Lost your patient?"

"Worst than that," kata Ken.

Rein menatapnya prihatin. "I'll get you dinner."

"Lost my appetite," jawab Ken setelah menghela napas panjang

Mata Rein menyipit seketika. "Eat!!! nanti sakit. Sekalian Jun juga makan! Shane, bantu Ibu hangatkan supnya. Jun, bantu bawa piring!"

Begitulah ibu mereka, jika sudah bertitah, tak ada yang berani membantah.

Mereka berempat duduk mengelilingi meja makan. Sudah jarang mereka bisa makan malam bersama seperti sekarang. Jadwal Ken dan Jun yang tidak teratur membuat mereka jarang berkumpul.

"What happen, Yah?" tanya Shane saat makanan di piringnya sudah hampir habis.

Ken terdiam sejenak, tampak ragu untuk bicara namun akhirnya berkata, "Ada dokter yang meninggalkan jarum jahit bedah di dalam pasien."

Jun seketika itu juga berhenti makan, dia merasa mual.

"Whatttttt???? How come? Kok bisa begitu?? Itu bahaya kan?" seru Shane berapi-api.

Ken tersenyum simpul melihat anaknya tampak marah. "Relax, Shane. Yes, it's dangerous. Very dangerous kalau terus dibiarkan," jawabnya.

"Bukannya walaupun jarum jahit tertinggal di dalam tubuh belum tentu menjadi luka parah ya, Yah? tanya Jun.

"Memang, tapi, bila jarum jahit merangsang pembuluh darah, maka akan menimbulkan pembekuan di dalam pembuluh darah. Kalau sampai darah beku tersebut terbawa aliran darah dan mencapai otak... kemungkinan terburuk adalah mati otak," jelasKen. "Padahal operasinya berjalan lancar," ucap Ken penuh sesal.

"Siapa dokternya, Yah? tanya Jun lagi.

"Lihat saja besok dokter senior yang dipecat."

"Is'nt it too cruel, Ken," tegur Rein.

Ken tersenyum sinis "Dokter juga manusia, Rein. We made a mistake sometimes. Tapi yang terburuk dari kasus ini adalah, dia mencoba menutupinya. Mencoba membiarkan saja setelah operasi, berharap otot jantung membungkus jarum itu dengan sendirinya. Meminta pasien berkonsultasi hanya dengan dia. Tak memperbolehkan pasien mencari second opinion dan berniat mengoperasi lagi setelah setengah tahun kemudian dengan alasan apa pun yang bisa dia cari ke pasiennya.

Padahal seharusnya saat dia tidak menemukan jarumnya, serahkan ke yang lebih ahli. Cari bantuan ke dokter yang lebih handal bila menghadapi kondisi yang di luar kemampuannya." Ken menjelaskan panjang lebar.

"Kok bisa ketahuan?" tanya Rein penasaran.

"Ada perawat operasi yang mengadukannya ke Azha. Dia sudah menghitung ulang jarumnya, sampai mencari ke semua tempat setelah operasi tapi tak pernah menemukannya.

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang