Four

20.1K 3.2K 310
                                    

Lima hari lalu, Shane baru menikah. Rumah terasa agak sepi sekarang karena si tukang berantem sudah tak tinggal di sini lagi. Sedang bulan madu di Tahiti. Jun sudah wanti-wanti meminta oleh-oleh ke Kakaknya yang malah berkata akan membawakan dia kutang batok kelapa.

Fakkkkk!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fakkkkk!!!!

Tahu gitu Jun tak perlu repot-repot menabung 4 bulan dan mengencangkan ikat pinggang demi membelikan Shane charm bracelet yang berbentuk gajah dan juga manset untuk Cakra yang semuanya keluaran Tiffany. Belikan saja waffle maker, sebagai teman coffee maker hadiah dari Al. Kelar perkara!

Alasan Jun membelikan charm berbentuk gajah, adalah untuk melengkapi koleksi charm Shane. Kenapa gajah? Karena kata teman Jun, gajah selalu ingat. Jun berharap walaupun sekarang Shane sudah masuk babak baru dalam hidupnya, dia akan tetap mengingat keluarga asalnya. The Mighty Hamizan. Dan juga ingat kalau dia punya adik yang gemar menodong uang bensin.

Jun dan Rere sedang mengantri pesanan di Mcd yang berada tak jauh dari Rumah Sakit untuk makan siang. Mereka agak bosan dengan makanan kantin.

Sejak pertama kali Jun mengajak Rere untuk makan ice cream dan dengan baik hati memperbolehkan Rere memesan burger, mereka jadi dekat. Juga efek mereka biasanya bekerja di shift yang sama.

"Kakak loe suka hadiahnya?" tanya Rere. Dia yang kemarin memilihkan hadiah untuk Shane dan Cakra sesuai budget yang hanya $1,000,- karena Jun agak buta soal perhiasan.

"So far suka sih. Kalau gak suka ya bakal gue loak. Tabungan seumur hidup ituuu!!" seru Jun

Rere tertawa, menepuk-nepuk bahu Jun prihatin sekaligus geli.

"Tapi makasih ya, Re, udah bantu cari hadiah yang bagus. Mepet banget pesennya. Untung AJ baik, mau bantu cari di LA," ucap Jun.

"Anytime, Jun," jawab Rere sambil tersenyum.

Baru saja hendak memesan, tiba-tiba ada yang terjatuh pingsan dan orang-orang berteriak panik.

Jun dan Rere langsung menghampiri kerumunan, meminta jalan.

"Permisi, saya dokter." Jun segera memeriksa anak perempuan yang mengenakan seragam SMA itu. Sementara Rere menenangkan temannya yang histeris, meminta dia menghubungi orangtuanya, lalu Rere langsung menghubungi ambulance.

Jun menempelkan telinganya di dada anak yang kata temannya bernama Siska. "Napasnya terhenti, tapi sepertinya bukan gagal jantung." Jun mengetuk-ngetuk rongga dadanya. "Bunyi gaungnya tipikal, pengumpulan udara di selaput paru pneumothorax karena adanya pengatupan," jelas Jun.

"Apa? Pneumothorax*?" seru Rere, Jun mengangguk.

*Terbuka lubang di paru-paru yang ada di rongga dada, bila paru-paru mengempis, tekanan dalam rongga dada meningkat karena udara yang bocor. Bila demikian, berapa kalipun menghela napas, paru-paru tak bisa kembali ke ukurannya yang semula.

"Ambulance tiba 15 menit lagi, Jun."

"Terlalu lama... Bisa mati otak," gumam Jun.

"Re... Bawa pisau bedah?"

Rere melotot. "Kita ke sini mau makan, Jun!" hardiknya.

"Ada yang punya bolpoin?" tanya Jun ke kerumunan. Salah satu teman Siska menyerahkan pulpennya ke Jun dengan tangan gemetaran.

Jun membuka pulpen tersebut, mengeluarkan isinya kemudian mematahkannya jadi dua. "Re, tahan tangannya."

Rere menurut walau keheranan. "Loe mau apa?"

"Ada hand sanitizer?" Tanya Jun lagi dan salah satu pengunjung menyerahkannya.

Jun melumuri hand sanitizer ke tangannya dan juga ke pulpen yang sudah dia patahkan tadi, kemudian menarik seragam Siska hingga terbuka dan tanpa aba-aba, menusukkan bolpoin tersebut pada dinding dada. Membuat semua orang menjerit ngeri dan menutup mata saat melihat aksi Jun.

"JUN!!!!" Jerit Rere namun Jun mengacuhkannya, malah memberi pernapasan buatan untuk gadis itu.

Sekujur badan Rere bergidik ngeri. Tindakan Jun bisa dibilang barbar, namun luar biasa cerdas. Dengan menggunakan pulpen dia membuka lubang pada dinding dada, meloloskan tekanan udara dan menggembangkan paru-paru. Menjaganya agar tetap bertahan sampai ambulance tiba.

Saat tiba di Trauma Center, pasien langsung diambil alih oleh Grace yang mendelik marah ke arah Jun. "We're gonna talk after this!" raungnya marah, kemudian berlari membawa pasien ke ruang OR.

----------

Rere menemui Jun yang sedang termenung di ruang residen. "Hai... Gimana?" tegurnya. Dia tak sempat bertemu Jun lagi karena dia diamankan oleh dr. Ken yang meminta kronologis kejadian sementara Jun dibawa ke ruang terpisah.

"No law suit. Keluarga gak sampai menuntut, tapi gue dapet teguran keras dari... Hmmm... Semua orang di rumah sakit."

"Anaknya selamat?" tanya Rere lagi.

"Ya, kalau nggak, I don't know what will happen to me. Azha bilang, gue terlalu gegabah."

"Loe arogan. Kayaknya sih keturunan...." ledek Rere.

Jun tersenyum, "Kami keluarga Hamizan terkenal arogannya?"

"Kakak loe enggak sih. Cuma galak."

Tawa Jun pecah. " Kak Grace bisa berubah menakutkan kadang-kadang."

Rere duduk di sebelah Jun. "Tapi loe hebat, kayak Macgyver."

"Ya elah, Macgyver, gue mah mcchicken! Ya ampun gue laperrrrr...."

"Gue traktir chicken, mau?" Tawar Rere.

"Boleh, tapi please, jangan mcd yang tadi...."

Rere tertawa, bangkit, mengulurkan tangannya mengghela Jun agar bangun.

"Kita ke Burger King aja kalau begitu," ucap Rere. Jun tersenyum dan mereka berjalan beriringan keluar dari rumah sakit.

"Jun, tadi temen-temen Siska heboh gitu loh...."

"Heboh apa?"

"Katanya, loe nyuri ciuman pertama Siska."

"Watdezig!!! Kenapa pikirannya malah ke sana sihhhh? Itu kan tindakan CPR!"

"Namanya juga ABG. Tapi mereka yakin Siska gak keberatan. Loe ganteng katanya...." Rere tertawa saat mengucapkan kalimat itu.

"Yang bilang gue ganteng pasti bukan cuma Siska dan kawan-kawan doang. Loe pasti juga ngerasa gitu kan?" ledek Jun.

"Ihhhh... Apaan! Enggak tuh, biasa aja!" seru Rere, sewot.

"Puji gue dikit sih...."

"Ogah!"

"Semakin nolak, artinya gue beneran ganteng!" balas Jun sambil menaikan alis.

"Kepedean!"

"Emang!"

"Batal traktir deh...." ancam Rere

Jun langsung menarik tangan Rere dan berkata memelas. "Yah jangan dong! Iya deh gue jelek!"

Rere tertawa lepas. "Ya ampun... Murah amat sih jadi cowok! Harga diri, Jun! Harga diri!"

"Udah gue gadai demi ayam!"

"Buahahahaha... Junnnnnnn!!!!"

----------

Luv,
NengUtie

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang