"Denyut jantung hilang, dok!" ucap perawat operasi saat Azha menangani pasien yang mengalami kecelakaan motor."Mulai pijat jantung...." Azha menggenggam jantung tersebut dan mulai memijat.
"Perhatikan dengan baik, dokter. Jika hanya luka akibat benda tumpul pada otot jantung, berhentinya jantung secara mendadak adalah hal yang tak wajar. Pasti ada sebab lain. See, lubang pada otot jantung seperti ini, pasti luka akibat benda tajam saat terbentur," jelas Azha lagi.
Jun memperhatikan Azha dengan seksama. Tangan dokter itu menahan lubang agar pendarahan berhenti sambil memijat jantungnya.
"First, lakukan dengan lembut, perlahan-lahan, seperti menggenggam bola... Be gentle.
Kemudian, sedikit-demi sedikit, dengan kencang." Azha kembali memberi pengarahan.
"Denyut jantung kembali, dok!" seru Perawat.
"Penjahitan bagian berlubang, pisau bedah!" ucap Azha.
Jun hanya membantu mengeringkan darah yang tergenang dengan alat penghisap untuk membantu proses operasi sebagaimana layaknya dokter residen di tahun pertama. Tugasnya masih remeh, lebih banyak sebagai pemerhati saja. Lagipula ini pertama kalinya dia boleh masuk ke ruang operasi lagi setelah tindakan semena-mena yang dilakukannya dua minggu lalu dengan pasien pneumothorax.
Azha selesai menjahit jantung kemudian meletakkan alat bedahnya. "Operasi selesai, dr. Jun, tutup pasiennya."
Jun terbelalak. "Saya dok?" Really?"
"Kalau gak yakin sama kemampuan jahit kamu, lebih baik mundur," ucap Azha tegas.
"Yakin, dok!" Jun menyeringai penuh percaya diri.
Azha mundur, memberi tempat agar Jun lebih leluasa. "Jangan lupa juga dr. Jun, pasiennya wanita."
"Kenapa, dok?" tanya Jun.
"Bekas luka operasi bisa membuat pasien wanita merasa rendah diri. You know what to do. Pakai metode jahit yang sebulan terakhir ini saya minta untuk kamu pelajari."
"Oh, baik, dok!" Jun memahami perkataan Azha, dia akan melakukan metode jahit bedah plastik Z. (menjahit lubang luka secara halus dengan bentuk Z, bukan dengan garis lurus langsung dengan tujuan menyamarkan bekas luka.)
"Good job, dr. Jun," kata Azha saat memeriksa hasil jahitan Jun kemudian meninggalkan ruangan operasi.
Jun tersenyum lebar. Tak sia-sia dia belajar menjahit sampai kadang jari rasanya kaku jika akhirnya mendapat pujian dari dr. Azha yang selalu menuntut kesempurnaan dalam setiap pekerjaannya. He knows he's on the right track!
----------
"Kamu ngebiarin Jun tutup dada pasien?" seru Grace sambil memicingkan matanya saat bertemu Azha di lorong.
"He needs to learn dan hasilnya rapi kok," jawab Azha ringan.
"Dia masih harus dihukum!" Protes Grace.
"It's been two weeks, Grace. Jika terus didiamkan, dia akan ketinggalan."
"Itu bagus untuk meredam ego-nya. Dia terlalu gegabah!" bantah Grace.
"Mengingatkan aku sama Hamizan lain yang sama keras kepalanya."
"Pasti maksud kamu, ayah," sahut Grace sebal.
Azha tertawa, merangkul bahu Grace dan mencium puncak kepalanya. "Nanti kamu aku kasih kaca, boleh?" ledeknya.
"Trust your brother, Grace. He's good. Keputusannya soal pasien pneumothorax tidak salah...." tambah Azha lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/98938026-288-k759550.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kang Juned
General Fiction"Soon, you will find a man who will ruin your lipstick, not your eyeliner." -Jun Ryuji Hamizan, si calon dokter bedah.- Cover by : CurioCherry