Twenty

13.5K 2.2K 361
                                    


"Hai Sayang." Jun mengecup pipi Rere tiba-tiba saat dia mengagetkan pacarnya yang berjalan sendirian di lorong RS.

"Kamuuuuu... Malu tau ga!" omel Rere sambil mencubit lengan Jun.

Jun hanya tertawa menanggapi sang pacar yang matanya melotot. "Aman sih... Udah liat kanan-kiri sebelum nyium. Mumpung sepi, cium bibir boleh?"

Rere mendesis tertahan. "Semalem kamu udah nginep, masih kurang memangnya?"

"With you... It will never be enough."

Rere memutar bola mata, menyerah jika harus menghadapi pacar mesumnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Jun.

"Ke tempat dr. Gina as usual. Kamu?"

"Mau ngikutin dr. Azha seperti biasa. Ada operasi ganti pacemaker hari pagi ini, mau siap-siap scrub in. Diminta jadi asisten 1."

Bibir Rere mencebik. "Irinyaaaa... Mau ikutan operasi juga. Aku sekarang cuma diminta ngawasin NICU terus."

"Nanti juga dapat kesempatan." Jun menenangkan Rere dengan mengusap-usap punggungnya.

Ponsel RS mereka berdua mendadak berbunyi. Jun dan Rere bergegas mengeceknya, lalu saling beradu pandang.

"Diminta ke trauma semua? Ada apa ya?" tanya Rere keheranan.

Jun mengangkat bahu. "I don't know. We're better hurry...."

Sesampainya di Trauma Center, Rere dan Jun melihat semua orang di sekelilingnya sibuk memindah-mindahkan brankar dan alat-alat lainnya.

"What is this?" desis Rere.

"Pindahkan semua, beri jalan agar luas. Siapkan juga brankar di sekeliling lorong. Telpon PMI minta stock darah agar bisa cepat dikirim. Untuk sementara siapkan semua persediaan blood type O dan kosongkan semua ruang operasi!!" Grace terlihat sibuk mondar-mandir sambil memerintah semua orang.

"Dr. Grace, ada apa?" tanya Jun.

Yang ditanya hanya menunjuk ke layar televisi, meminta Jun untuk melihat breaking news lalu bergegas pergi lagi entah ke mana.

It's a bomb. Di pusat perbelanjaan yang terletak tak jauh dari RS.

Jun mengumpat pelan. Yang dia lihat di berita, ini bukan sekedar bom panci. Namun sudah skala besar jika melihat dari besarnya kerusakan yang ada.

"What a day," gumam Azha yang tiba-tiba saja berdiri di sebelah Jun, ikut menyaksikan layar televisi.

"Siap-siap dr. Jun, it's not gonna be an easy day. Aku sudah memberitahu suster untuk menjadwal ulang semua operasi untuk hari ini."

"What are we gonna do?" tanya Jun.

"Wait for the ambulance arrived," ucapnya.

Beberapa korban yang luka atau pun meninggal terus berdatangan tak lama kemudian membuat semua orang sibuk bukan kepalang.

Jun baru selesai menjahit luka pasien saat mendengar sedikit perdebatan antara kakak, ipar, dan juga ayahnya yang sepertinya melibatkan siapa tim dokter yang akan dipilih untuk pergi ke lapangan.

"Aku dokter bedah umum bagian trauma kalau-kalau kalian lupa. That's the reason why you're all hire me!" seru Grace berang.

"I'm not gonna letting you go! Not you, Grace!" sahut Azha.

"I'm as capable as you guys! I wanna be there with you!" balas Grace tajam.

"Not you... Not now... Not in that damn place, okay. Please...." Azha menatap Grace, tangannya menyentuh permukaan perut Grace seakan mengingatkan.

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang