Nineteen

15.6K 2.2K 215
                                    


Azha dan Jun berjalan cepat ke Trauma Center. Ada yang meminta konsultasi dari bagian cardio, dan Jun, si kacung yang saat ini sedang ada dalam bimbingan Azha wajib mengikuti mentornya ke mana-mana.

Mereka mendekat ke bed 3. Di sana sudah ada Grace yang sedang memeriksa pasien.

"Ada apa?" tanya Azha.

"Jatuh dari ketinggian 3.5 meter, ada luka benda tumpul di dada, dok!" jelas perawat.

"Dokter Grace, kadar oksigennya menurun," sahut dokter Mira saat pasien mulai kesulitan bernapas.

"I've got this. Bu, mohon maaf, ini akan sakit." Dengan cepat Grace menoreh salah satu rusuk dan memasukkan tube agar pasien bisa bernapas.

Saat sudah stabil, Grace segera memerintahkan. "Bawa ke ruang CT scan dr. Jun."

Jun membawa pasien tersebut dengan patuh, sempat mendengar saat Grace bicara lagi ke Azha. "I told you, I've got this!" saat Azha mengusulkan untuk segera membawa pasien ke ruang OR setelah hasil CT keluar.

Mereka memperhatikan hasil testnya, lalu Grace mengatakan untuk sementara, pasien sudah masuk masa stabil, lebih baik menunggu dulu sebelum terburu-buru melakukan operasi walau Azha agak ngotot menyarankan agar pasien segera dibedah untuk mengetahui seberapa besar masalahnya.

Setelah perdebatan yang lumayan alot, dr. Mira mengambil keputusan sama dengan dr. Grace untuk menunggu dan mengawasi.

Azha menyerah, mengajak Jun pergi untuk membantu pasien lainnya karena mereka dipanggil lagi untuk menangani pasien yang terkena serangan jantung mendadak.

Jun mendorong troli berisi first aid saat Azha melakukan CPR. "Charge 120v," perintah Azha.

Jun menyiapkan defibrillator lalu memakaikannya ke dada pasien. "Clear!" teriaknya. Tak ada perubahan.

"150!" Perintah Azha lagi.

Masih tak ada perubahan. Azha menyuntikkan epinephrine ke pasien dan meminta Jun mengambil alih CPR.

"Charge 270v!" seru Azha putus asa.

Sudah 30 menit mereka melakukan resusitasi namun tak ada perubahan yang terjadi.

"Call it dr. Jun!"

Jun melihat jam. "Time of death, 15.48."

Azha menghela napas panjang. "Ayo beritahu keluarga pasien," ucapnya berat.

Ini adalah moment-moment yang paling Jun tak suka, saat dia harus memberitahu kalau mereka gagal. Saat segala sesuatu berada di luar kuasanya.

Baru saja meninggalkan keluarga pasien yang menangis tersedu-sedu, Azha mendapat panggilan lagi. Kali ini OR 2, dengan terburu-buru mereka pergi ke sana.

"Limpanya pecah dan aortanya sobek, dr. Azha!" seru dokter Mira. Ini adalah pasien yang tadi ada dalam penanganan Grace dan Mira.

Azha mengumpat pelan, meminta perawat memakaikan jubah operasi dengan cepatlalu bergegas membantu mereka.

----------

Jun mengetuk pintu ruangan Azha perlahan sebelum masuk, dilihatnya Azha duduk di balik meja kerja sementara Grace duduk memeluk lututnya dengan wajah sedih di sudut sofa.

Hari ini memang bukan hari yang baik untuk mereka semua.

"Hasil CTnya dari dr. Mira, dok." Jun menyerahkan hasil CT pasien yang tadi mereka operasi.

Azha memperhatikan dengan seksama. Seperti yang diberitahu oleh dokter Mira saat pasien sudah sadar, ternyata sobeknya aorta membahayakan aliran darah dan merusak syarafnya. Maka pasien tersebut sekarang tidak akan bisa berjalan lagi.

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang