Six

18.9K 3.1K 423
                                    


Punya pacar Jun Ryuji Hamizan itu lucu, seru, tapi juga bikin gemes mau cubit-cubit atau tampar pakai bibir.

Di mata Andrea Elmira Parama, Jun juga makhluk absurd tak jelas yang kadang mulutnya lupa dikasih saringan. Sombong dan arogan gak ketulungan. Makhluk sejuta pede, yang senyumnya dikasih sihir dan membuat Rere suka... Oke, jatuh cinta.

He's nice, sweet, dan tak tahu malu. Sering mendadak gila seperti joget-joget jika ada lagu yang menurutnya asyik mengalun di radio saat mereka berkendara.

Iya, joget! Bukan cuma nyanyi-nyanyi gak jelas. Tubuhnya akan bergoyang ke kanan kiri dengan tangan melambai-lambai atau memukul-mukul menyesuaikan dengan beat.

He's so alive, full with energy, dan bisa berubah menjadi super serius jika sedang belajar.

Coba saja mengganti kopi yang diminumnya dengan teh atau air puti jika dia sedang membaca kasus-kasus kedokteran yang kadang diminta oleh mentor mereka. Jun tak akan sadar sama sekali.

Rere suka sikapnya saat berhadapan dengan pasien. Jun yang tingginya 183cm, bersedia berlutut saat berbicara dengan pasien anak-anak yang berlari ketakutan meloloskan diri karena takut diinfus dan berhasil membujuknya. Biasanya dia jadi idola jika kebagian tugas berkeliling di bangsal khusus anak.

Dia tahu bagaimana nada suara yang harus digunakan untuk memberitahu kondisi pasien yang sedang dioperasi ke keluarga yang menunggu dengan cemas. Nadanya terdengar tulus, simpatik, namun juga menenangkan.

He's great. Memiliki ketenangan penuh dan tangan yang selalu mantap saat berada di meja operasi sehingga membuat residen lain terkadang iri. Walaupun sebetulnya kehebatan dia bukanlah sesuatu yang mengherankan. Keluarganya dokter bedah terkenal. Dia pasti belajar banyak dari mereka.

Jun pernah berkata, "hidup itu pilihan. Aku bisa memilih menjadi bayang-bayang keluarga dr. Hamizan atau maju sedikit agar bisa mendapat sinar matahari juga. Dan aku memilih untuk maju."

Minggu kedua mereka berkencan, Jun bertanya, "kamu kapan pulang ke rumah?"

Rere memang saat ini kos di dekat rumah sakit agar memudahkan dia karena rumahnya ada di Tangerang.

"Belum tahu, masih sibuk," jawab Rere sambil lalu.

"Kamu pulang, dong. Sapa orangtua sebentar. Mereka pasti kangen."

"Ih... Aku suka telepon mereka kok." Rere protes, merasa tersindir tak memberi perhatian cukup ke orang tua. "Mentang-mentang kamu masih tinggal sama orang tua, jadi gitu deh," omelnya.

"Aku juga maunya tinggal sendiri. Tapi Ibu masih kangen katanya setelah kutinggal koas dua tahun di Lembang. Lagipula Shane juga baru nikah. Sepi... Padahal kalau aku pulang, kerjaku cuma makan sama tidur doang, eh, bolak-balik ke WC juga sih."

Saat dilihatnya alis Rere terangkat menatap Jun keheranan, Jun segera menambahkan. "Bagian keterangan ke WC-nya gak penting banget ya?"

"Iya, Jun, gak penting. Aku juga ke toilet tiap hari tapi gal perlu kuaduin juga kan?" sindirnya.

Jun tertawa, merangkul Rere, mengecup puncak kepalanya. "Off minggu ini, pulang ya...."

"Kenapa memangnya?"

"Aku mau ikut. Mau minta dikenalin ke orangtua kamu. Masa pacaran sama anaknya, tapi diem-diem. Emangnya anak SMA!"

Rere terharu, Damn! She's falling for that man!

"Nanti kutinggalin fotocopy KTP biar identitasku jelas. Jadi kan orang tua kamu tau kamu pacaran sama siapa, rumahnya di mana, tanggal lahirnya kapan, siapa tau aku akan dapet kado tiap ultah," tambah Jun lagi.

Dan mood Rere langsung gubrak!

----------

Rere melangkah penuh percaya diri saat memasuki area rumah sakit. Kemarin dia dan teman-temannya menyempatkan diri pergi ke Mall, window shopping dan berakhir dengan membeli tas baru juga lipstik merah menyala yang sekarang dipakainya padahal biasanya dia hanya mengenakan warna-warna nude. Yang penting tidak berantakan saat Jun mengobrak-abrik dengan bibirnya.

Lipstick itu penting untuk wanita. Bahkan Gwyneth Paltrow saja sampai berkata, 'Beauty, to me, is about being comfortable in your own skin. That, or a kick-Ass red lipstick.'

Senyum Rere terkembang saat melihat Jun di ruang loker yang sepi karena masih terlalu pagi. Sepertinya Jun juga baru datang dan berganti pakaian hijau khas residen kemudian memakai jubah dokter, menggantungkan stetoskop melingkar di lehernya.

"Dr. Jun." Rere menyapa.

Jun langsung menoleh dan spontan berkata, "kamu kayak joker."

Rere seketika itu juga menyambar stetoskop Jun dan memukul bahunya dengan alat itu. "Kamu tuh nyebelin banget tau ga? Nyebelinnnnnnn!!!!" Rere gemas, sekarang menghujani bahu Jun dengan tinju-tinju kecil.

"Aduh, Re... Aduhhhh... Sakit, hihhh!" Jun menangkap tangan Rere, menahannya.

"Galak ya sama pacar!" protes Jun.

"Bikin kesel!" Rere kembali melayangkan tinju ke bahu Jun dengan tangan yang lain.

"Aku kan cuma kaget. Gak biasa ngeliat kamu bibirnya nyala-nyala gitu kayak traffic light."

"Ya gak harus dibilang joker juga kaliiiii... Temen-temen aku aja bilangnya bagus, pacar sendiri malah menghina-dina." Rere cemberut, bibirnya mencebik manja.

"Dih, pacarnya Jun ngambek," ledek Jun menjawil hidung mancung Rere. "Aku kan ga bilang jelek, cantik kok. Tapi attract too much attention. Bibir kamu sexy sih. Ntar kalau ada yang mau nyium gimana?"

"Ngegombalnya bisa banget sih...." Bibir Rere yang tadi cemberut mulai membentuk seulas senyuman.

"Katanya yang nama belakangnya Hamizan itu jago ngegombal." Jun menjawab sekenanya.

"Aku suka kalau kamu pakai lisptick yang gak terlalu terang, manis aja kelihatannya. Bikin aku gemes mau cium-cium. Tapi kalau kamu suka yang ini, ya gak masalah. Toh nanti bisa aku tipisin warnanya, pake bibir," lanjut Jun lagi.

Wajah Rere merona. Dia mengalungkan kembali stetoskop yang tadi direbutnya ke leher Jun, mengecup bibirnya sekilas.

"Kakak kamu emang ga ada yang pakai lipstick merah menyala?" Rere penasaran.

"Grace mana pernah. Shane kadang-kadang."

"Kamu komentar apa?"

"Kubilang, Shane kayak vampir."

"Trus?"

"Digaplok!" jawab Jun pasrah.

Tak tahan, Rere mencubit pipi Jun gemas. "Asli kamu bikin kesel."

"Tapi sayang kan? Eh, gak deh... Sayang mah artinya feeling dikorting kayak sale akhir tahun. Ganti deh! Tapi cinta kan????"

"Junnnnnnnnn!!!! Keseeeeellllllll!!!"

----------

Luv,
NengUtie

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang