One

35.9K 3.9K 381
                                    

"Jun... Jun... Bangun!!" panggilan dan juga ketukan tanpa henti dari balik pintu membangunkan Jun yang kepalanya masih terasa pusing.

"Iya, Buuuuu," sahut Jun malas-malasan. Matanya melirik jam weker dan menyadari kalau dia lupa memasang alarm semalam.

Al berengsek!! Gara-gara makhluk bebal itu, dia sampai pulang pukul 2 pagi setelah bersenang-senang di club padahal Jun harus sudah berada di rumah sakit pukul 8 pagi. 'Ngajak ke club kok pas hari Minggu!!' maki Jun dalam hati.

Dengan langkah berat, dia menuju kamar mandi untuk menyiapkan diri, setelahnya bergabung dengan keluarganya di meja makan.

"Ini kenapa meja makan kita berasa kayak di hutan?" Jun mengomentari buket bunga yang terpajang di atas meja makan.

"Ini kenapa meja makan kita berasa kayak di hutan?" Jun mengomentari buket bunga yang terpajang di atas meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diam kau Junaedi!! Kembang dari Cakra tuh. Dia yang kirim, padahal lebih guna kalau kirim makanan, bukannya kembang," jawab Shane yang asik makan telur, sosis, dan tomat panggang.

"Oh, kembang buat nyogok ya? Biar gak ngebatalin acara nikahnya?" ledek Jun lagi. Shane kakaknya, akan menikah tak lama lagi hanya perlu menunggu Cakra diwisuda menjadi doktor.

"Ini si Juned, masih pagi tapi mukanya minta kujejelin saos tomat," ucap Shane sambil menjambak rambut Jun dengan suka rela saat Jun duduk di sebelahnya dan langsung dibalas Jun dengan menggigit lengan Shane.

"Ini kalian, tiap pagi selalu aja ribut. Gak bisa ya tenang sedikit tiap sarapan?" Ken yang dari tadi sibuk membaca entah apa dari ponselnya sampai harus menengahi karena sekarang dua anaknya bertengkar seperti anak kecil.

"Bentar lagi Shane pergi, Yah, baru deh bisa tenang, " seru Jun setelah berterima-kasih pada Ibunya yang menyerahkan piring berisi menu yang sama dengan Shane.

"Ayahhhhh... nanti aku kangen. Batal nikah aja deh, gak mau jauh-jauh dari Ayah." Shane bergelendot manja di lengan Ken.

"Ngomong kok sembarangan sih, Shane!" tegur Ibunya.

"Nanti di rumah cuma ada si Juned yang hobby nyusahin. Emang gak kangen, Bu, sama aku?"

"Udah takdir orangtua kalau anak sebanyak apapun, nanti mereka akan pergi juga, untuk bentuk keluarga dan hidup baru. Gak usah khawatir sama Ayah dan Ibu," ucap Rein. "Ga lama lagi juga Jun pergi."

"Masih lama, Bu... aku kan baru masuk tahun pertama residensi. Kata Ayah kan kalau mau nikah, harus lulus dulu biar gak nyusahin. Gaji residen tipis banget sih. Nanti mau kukasih makan apa coba?"

"Ayah gak larang kamu mau nikah kapan aja, Jun. Asal sanggup aja tanggung jawabnya, bagi waktunya, apalagi kalau sampai punya anak. Itu yang berat. Jauh lebih aman kalau nikah di masa akhir atau selesai jadi dokter specialist. Ibu aja dulu ga mau nikah sebelum ayah lulus," sambar Ken.

Rein tersenyum, mengusap helaian rambut Ken yang kelabu, " hmmm... dibahas deh. Masih kesel aja ya kalau inget-inget?" ledeknya.

"Aku kan cuma bicara fakta, mana bisa sih aku kesel lama-lama sama kamu." balas Ken, mencium punggung tangan Rein, sayang.

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang