Seven

18.6K 3K 320
                                    


Jun melongok ke dalam perpustakaan mencari-cari Rere. Tadi Ares bilang, Rere ada di sana. Benar saja, Rere di sana duduk dengan raut wajah muram, dikelilingi oleh tumpukan buku dan berkas-berkas.

"Hello, grumpy girlfriend. Kusut banget muka kamu. Lagi ngapain?

Rere menoleh ke arah Jun kemudian membenamkan wajahnya di buku yang tergeletak. "Disiksa Medusa!" keluhnya.

Jun tertawa, mengusap-usap kepala Rere setelah dia menarik kursi dan duduk di sebelahnya. "Diminta cari apa?"

"Cari semua kasus yang berhubungan sama Li-fraumeni syndrome. (Mewarisi kelainan kanker genetik langka yang meningkatkan resiko seseorang untuk terkena kanker selama hidup mereka, kadang dapat mengembangkan beberapa jenis kanker dan beberapa jenis tumor sekaligus.) "

"That genetic cancer?"

Rere mengangguk. "Ada pasien yang baru masuk dan ketahuan kalau dia mengidap syndrome itu. I need to figure out how to treat him."

"How old is he?"

"16."

"Too young," ucap Jun prihatin. Pantas saja kasusnya ditangani dr. Gina yang specialist bedah pediatrik.

"He survive bone cancer dan sekarang terkena lung cancer. Aku diminta mencari-cari cara penanganannya sebelum ikut OR. Udah ngubek-ngubek 4 jam dan belum ketemu juga penanganan untuk jenis yang seperti ini supaya cancer gak terus-terusan muncul."

"You'll find a way.... Udah ngoprek bagian riset belum? Kadang ketemu yang ajaib di sana," usul Jun.

"I will, later. Ini bikin frustrasi deh...." Rere menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Aku mau ngajak pulang padahal, sift udah selesai dari tadi kan."

"I'll past... Sepertinya aku harus nginep di sini," keluh Rere.

"Udah makan?"

"Udah tadi."

"Aku gak lihat kamu seharian, kamu ikut siapa tadi?" tanya Rere tiba-tiba.

"Ikut bagian ortho sama dr. Rangga. Bikin  kaget kalau sama dia. 'dr. Jun, it's so fun!!!' dia bilang gitu sambil motek-motek tulang orang. Gimana gak ngeri coba?"

"Potek-potek?" Rere heran.

"Ada tulang yang harus dipatahin supaya bisa disambung lagi. Ya wajar sih... Cuma muka happy-nya pas matahin tulang agak bikin ngeri." Jun bergidik sedikit.

Rere tertawa. "Kamu mau pulang sekarang?"

"Ya... Masih sore sih, baru juga jam 6. Tapi aku capek ikut surgery 7 jam tadi."

Rere mengusap pelan pipi Jun. "Hati-hati ya...."

Jun menarik tangan Rere, membawanya ke bibirnya, mengecup pelan. "I will. Kamu juga usahakan tidur walau sebentar ya...."

Jun berdiri, menengok ke sekeliling sebentar. Setelah dirasa aman, tak ada yang memperhatikan, dia mencium puncak kepala Rere sebelum pergi.

"Eh, lupa bilang." Jun kembali lagi padahal baru tiga langkah menjauh.

"Apa?" tanya Rere.

"Minggu nanti ikut aku ke rumah ya, Ibu mau kenalan."

Rere bengong. "Ke rumah kamu? Ketemu sama dr. Ken juga? Ya ampunnnn... Aku gugup banget kalau harus ketemu dia!" serunya panik.

"Hmmm... Gak cuma ketemu sama ayah-ibu, tapi sama semua keluargaku juga. Kak Grace sama Shane berikut suami mereka."

"Semuanyaaa!!!" Rere nyaris histeris.

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang