[REVISI]
Serial-Tuan Hujan-20. Pulang Kampung 2
Penulis : IsnaNA @isnaiyah
Dipublikasikan : 31 Maret 2017
Happy reading!
Kalau ada yang aneh baik sebelum atau sesudah revisi koment ya^^, biar daku tau kurangnya diriku, Eh!***
"Maaf ya Ren, jadi ngrepotin" ,seloroh Nada sambil menerima sebuah tas berwarna hitam dari tangan Reno. Kemudian berganti memberikan sebuah tas dengan model sama persis seperti yang baru saja dipegangnya kepada laki-laki di depannya itu."Gak apa-apa, santai aja"
"Aku gak tau tas kita ketukar, soalnya aku baru tahu kalau tas kita sama"
"Udahlah gak apa-apa. Lagian aku juga belum sempet geledah, aku juga gak tahu kalau tas kita ketukar kalau kamu gak kesini"
"Ngomong-ngomong orang tua kamu kemana? Tumben sepi?", tanya Nada dengan sedikit celingukan. Dia mengamati sekitarnya sepi, tidak ada satu pun tanda-tanda ada keluarga Reno di dalam rumah.
"Bapak masih di masjid, ibu ke rumah budhe ,adiku lagi belajar di dalam"
Nada mengangguk, dia melirik sebentar jam bundar yang bertengger di dinding ruang tamu Reno, sudah hampir isya' . Takut bapaknya khawatir ia bermaksud untuk berpamitan, "Ren maaf aku gak bisa lama-lama. Aku harus cepet pulang, ditunggu bapak di rumah, tadi gak sempet pamitan kalau mau kesini"
"Ya udah, gak apa-apa. Lain kali kalau ada waktu mampir aja Da, jangan sungkan .Oh ya salam buat bapak kamu"
"Iya Ren, jangan lupa kalau ada waktu mampir ke rumahku juga ya, salam buat keluarga kamu. Gak bisa ketemu hari ini"
"Udahlah gak apa-apa, nanti aku sampaikan salamnya"
"Makasih ya ,assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Nada berjalan ke arah pintu, diikuti Reno di belakang. Dia mengantar sampai depan rumah, dan baru masuk kembali setelah suara motor yang dikendarai Nada meninggalakan pekarangan rumahnya.
Dipijit pelan pelipisnya, ada sedikit rasa nyeri karena penat selama dalam perjalanan. Dia tidak ambil pusing, toh yang penting dia sudah sampai rumah dengan selamat.
***
Nada baru saja sampai di rumahnya, setelah membuka pintu ia berlalu menuju kamar. Kedaaan rumah masih sepi, tapi pintu sudah tidak dikunci. Barangkali bapaknya sudah pulang duluan.
"Dari mana nduk?", interupsi suara berat dari arah dapur menghentikan langkahnya.
"Eh bapak sudah pulang ya, tadi dari rumahnya Reno"
Bapaknya sedikit mengerutkan dahinya, tidak biasa anak gadisnya itu keluar rumah malam-malam, apalagi ke rumah seorang pria. Bahkan hampir tidak pernah, "Tumben ke sana malam-malam?"
"Ngambil tas pak, tadi ketukar waktu di bis. Kebetulan tadi satu bis sama Reno, tasku sama tasnya Reno kebetulan sama. Baru tahu setelah ditelfon Ana. Jadi baru Nada ambil ba'da magrib"
"Oalah gitu, lain kali hati-hati. Untung masih bisa balik tas kamu, coba kalau ketukar sama orang lain. Tinggal kenangan nanti"
"Ih bapak bercandanya, iya lain kali Nada bakal lebih hati-hati"
Percakapan itu berhenti Pak Ali berjalan menuju kamarnya, dan Nada melakukan hal yang sama juga. Sambil meneteng tas hitam dengan muatan hampir penuh, dia kemudian menaruhnya di atas kasur.
Dibukanya resleting tas itu, kemudian mencoba menggeledah barang bawaannya. Dan see, semuanya masih utuh dan tertata rapi, benar kata Reno dia belum sempat menggeledah tas miliknya itu. Bukannya mau suudzon, hanya saja akan lebih tenang baginya untuk mengecek segera isi tasnya itu, bagaimana pun dia hampir saja kehilangan sebagian baju dan barang bawaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Hujan
SpiritualIni adalah kisah seorang gadis remaja yang beranjak dewasa, tentang dia dan masa lalunya. Tentang luka yang masih basah, tentang trauma yang masih menganga lebar. Dan segala gejolak hebat yang mencokol dalam hatinya. Ini adalah perpaduan rasa sedih...