[REVISI]
Serial-Tuan Hujan-23. Awal
Penulis : IsnaNA @Isnaiyah
Dipublikasikan : 4 Juni 2017
Happy reading!
Kalau ada yang aneh baik sebelum atau sesudah revisi koment ya^^, biar daku tau kurangnya diriku, Eh!***
Menyakiti balik orang-orang menyakiti kita boleh jadi memang memberikan rasa puas, kebahagiaan. Biar tahu rasa.
Tapi hakikat terbaik dari pembalasan justeru tidak terletak saat kita bisa melakukannya, tapi kita memilih memaafkannya. Melupakannya. Itu sungguh akan memberikan rasa puas, kebahagiaan yang lebih hakiki. Lebih menentramkan.
-Tere Liye-
***
Nada memasuki kantin dengan langkah gontai, energinya sudah terkuras habis untuk kuliah hari ini. Tadi pagi mendadak dosennya mengadakan kuis yang membuatnya kelabakan, semalam dia tidak sempat belajar bahkan membuka bukunya. Dia ketiduran setelah mengantar Angga membeli kado untuk Almira. Ana? Sudah bobog cantik di atas kasur, meskipun Nada tahu menjelang waktu subuh gadis itu akan bangun, beribadah di sepertiga malam.
Dan apesnya lagi hari ini dia nyaris terlambat di matkul dosennya yang killer abis, akhirnya ada saja benda yang lupa dia bawa. Mulai dari buku catatan sampai kotak pensil, yang berakhir dengan label minjam temen.
Sekarang dia sedang mojok di meja kantin sambil menggenggam botol air mineral yang sudah kosong sepertiga isinya, perutnya lapar. Dari pagi dia belum makan, hanya minum air putih dan ngemut sebutir permen kembalian belanja di dalam tas.
Di tengah kehampaannya itu tiba-tiba datanglah sesosok mahkluk yang amat sangat dia hindari. Bukan setan atau sebangsa jin sih, tapi lumayan menakutkan saja kalau berurusan sama nih makhluk satu. Karena ada bebenggot yang bakal ngintilin dia kemana-mana.
"Hai Da", sapa makhluk itu sambil menaruh dua mangkuk bakso di atas meja. Lantas tanpa ijin dia duduk di kursi kosong yang ada. Menebar senyum penuh pesona.
"Eh, hai", sapa Nada kikuk. Dan see, makhluk itu tertawa.
"Belom makan kan? Nih aku bawain bakso, hari ini aku baik. Aku traktir"
"Eng-, nggak usah repot-repot kak. Aku gak laper kok", Ya Allah nista sekali ucapan hambamu ini. Ungkap Nada dalam hatinya, tidak mungkin kan dia bicara keras macem toa tentang aibnya?.
"Kamu tega sama ini makanan, sayang kali gak dimakan. Mubadzir, udahlah lagian tadi aku lihat kamu cuma minum air doang"
"Eh, beneran gak usah. Makasih, aku lagi ada perlu", elak Nada dengan telak, siap berdiri dari kursinya.
"Yaelah, emang berapa lama sih makan semangkuk bakso? Lagian mau kemana juga jam segini?"
"Ada perlu, aku ke kantin cuman mau duduk doang. Mau buru-buru pergi"
"Yaudah, duduk sekalian makan. Kenapa sih Da kayak susah banget buat nerima traktiran dari aku. Kamu juga selalu ngehindar tiap kali ketemu aku"
Deg!
"Enggak gitu maksudnya, eng- okedeh", Nada mengalah, memandang semangkuk bakso di depannya dengan perasaan was-was. Dia melirik ke kanan dan ke kiri, siapa tahu ada Eriz yang diam-diam bersembunyi di sekitarnya. Dia tidak mau jadi bahan bully an gadis itu, sudah cukup sekali dia malu karena tingkah Eriz sewaktu menjadi maba. Dan tidak lagi!
Lekas dihabiskan bakso di depannya itu secepat kilat, berusaha menghindar dari makhluk bernama Zein itu secepat mungkin sebelum Eriz menguburnya hidup-hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Hujan
SpiritualIni adalah kisah seorang gadis remaja yang beranjak dewasa, tentang dia dan masa lalunya. Tentang luka yang masih basah, tentang trauma yang masih menganga lebar. Dan segala gejolak hebat yang mencokol dalam hatinya. Ini adalah perpaduan rasa sedih...