UsahA

385 27 2
                                    

[REVISI]

Serial-Tuan Hujan-24. UsahA

Penulis : IsnaNA @Isnaiyah

Dipublikasikan : 12 Juni 2017

Happy reading!
Kalau ada yang aneh baik sebelum atau sesudah revisi koment ya^^, biar daku tau kurangnya diriku, Eh!

***

Tidak perlu menyesali orang-orang yang mengkhianati atau menyakiti kita.
Karena baguslah begitu jadinya; kita bisa tahu segera wajah aslinya.
Coba kalau sudah terlanjur jauh sekali, bisa susah payah menjahit kembali hati yang robek-robek.

-Tere Liye-

***

Selepas pulang dari kampus, Ana menepati janjinya untuk menemani Nada seharian. Gadis itu tampak murung, bahkan sekedar untuk tersenyum saja rasanya susah. Padahal biasanya Nada lah yang paling banyak bicara.

Setelah mereka saling terbuka dan mengenal, tidak ada lagi rasa canggung lagi diantara keduanya. Mungkin Ana hanya akan sesekali menanggapi celetukan Nada, namun gadis itu tetap saja bercerita, meskipun dia tahu Ana tidak akan berkata lebih. Lewat senyum saja Nada tahu kalau Ana mendengarkannya.

Dan sekarang keadaannya sangat berbanding terbalik, gadis itu hanya diam dan tidak mau makan. Padahal Ana tahu sejak tadi pagi Nada belum makan sama sekali, pastilah tubuhnya sekarang lemah dan  membutuhkan pasokan energi. Apalagi sekarang sudah sore, sebentar lagi matahari sudah akan terbenam.

Sudah berulangkali juga Ana mencoba membuatnya makan barang sesendok. Nada tetap kekeuh menolak, dia hanya tiduran di kasur dengan tatapan kosong. Matanya tidak lagi mengalirkan air mata, lebih dari itu Nada yang sekarang lebih terlihat menyedihkan dari pada seorang gadis yang banjir air mata.

Setiap Ana bertanya ada apa, dia hanya bilang kalau dia baik-baik saja, dia hanya butuh waktu untuk sendiri. Ana kira setelah pulang ke kos , keadaan Nada akan membaik. Ternyata tidak, gadis itu tetap saja tidak menunjukkan perubahan.

Akhirnya Ana menyerah, dia menutup pintu kamar kos yang ditempatinya dan juga Nada,  meninggalkan Nada sendirian di dalam kamar. Barangkali sahabatnya itu memang belum siap berbagi cerita kepadanya.

Ana berjalan ke arah kursi di samping cendela, nampak raut khawatir dari wajahnya yang teduh. Dia harus bagaimana sekarang, apa dia hubungi Angga saja? Angga yang tahu duduk perkaranya sejak awal, Ana hanya dikabari kalau Nada sedang tidak baik-baik saja. Selebihnya Ana tidak tahu, karena memang sampai sekarang Nada tidak mau bercerita.

Ana   : kak, sebenarnya tadi ada apa?

Ting!

Angga : Nada gak cerita?

Ana     : Enggak, dia bahkan gak mau makan

Angga : Eh, beneran?

Ana     : Iya, dari tadi pagi dia belum makan

Angga : Ini udah mau malam lo, aku ke kos . Nanti aku jelasin

Ana     : Iya, makasih

Angga : Iya

Ana diam di tempatnya, adzan magrib baru saja berkumandang. Lebih baik sekarang dia masuk ke kamar dan mengajak Nada menunaikan sholat, barangkali keadaan gadis itu akan membaik.

Tuan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang