Prolog

654 31 2
                                    

Embunku,

Lihatlah gugusan awan di langit sana, lihat! dia selalu bergerak secara konstan. Tanpa pernah peduli akan siklus perubahan siang dan malam. Hebat bukan?

Embunku,

Sekarang menengoklah sedikit ke arah mendung. Lihatlah! dia selalu hadir untuk mengawali datangnya rinai hujan. Dia bahkan juga tidak mengeluh meski kadang dicibir orang.

Kemudian,

berbaliklah ke arahku, untuk apa? sebagai penetrasi alam pikirmu...

Aku hujan, embunku...

Mau dengar filosofi hujan dariku hmm?

Orang bilang, hujan itu agaknya sedikit merepotkan. Hujan merusak rencana mereka, lantas apa salahku yang turun karena perintah Tuhan?

Dengarkan aku,

Mungkin benar adanya tentang apa yang mereka ucapkan tentangku, terlepas dari kalimat itu merupakan fakta yang agaknya sedikit menyakitkan . Namun, itu hanya sebagian kecil dariku.
Berpikirlah lebih luas, embun. Hujan tidak hanya sekedar itu! .

Air datang bersama dengan hujan, mereka saling menyejukkan. Rezeki Allah yang kadang tak nyata wujudnya namun jelas manfaatnya. Bukankah manusia kadang pelupa?

Ah, aku ini bukanlah hujan dalam artian organisme organik pada pelajaran biologimu, atau bahkan siklus hidrologi dalam pelajaran geografimu yang muluk itu.

Embun,

Aku adalah hujan, yang selalu memelukmu dalam kesepian tanpa peduli bermacam guncangan yang sering membuatmu kesakitan...


-Tuan hujan-

Tuan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang