[REVISI]
Serial-Tuan Hujan-22. JendelA
Penulis : IsnaNA @isnaiyah
Dipublikasikan : 30 Mei 2017
Happy reading!
Kalau ada yang aneh baik sebelum atau sesudah revisi koment ya^^, biar daku tau kurangnya diriku, Eh!***
Mendung berdiri tegak
Hujan menyampaikan pesannya,
Bahwa deras tidak hanya mengirimkan senyummu
Dia juga menusukkan segenap rinduRintik melekat pada kaca
Menapakkan doa paling basah
Bersama embun uap menengadah,
menandakan pergulatan rindu telah lunas di perbatasan jendela(Jendela : S.W. Mahendra)
***
Hari ini setelah pulang dari sungai langit berwaran gelap, rintik hujan mulai berjatuhan. Gerimis tipis turun sejak dhuhur tadi, alhasil kini udara berubah menjadi lebih dingin. Air hujan yang yang jatuh di atap rumah, maupun yang menetes di dahan pohon semuanya kompak menghasilkan harmonisasi instrumen alam yang berdenting.
Aromanya yang khas pun mulai muncul ke permukaan, memenuhi saluran pernafasan dan panca indra lainnya. Aroma petrikor. Sebuah kata dari bahasa Yunani, yang artinya adalah bau yang dihasilkan saat hujan jatuh ke tanah yang kering. Dan gadis itu sangat menyukainya, menurutnya aroma ini lebih menenangkan dari pada aromateraphy herbal yang dijual di toko-toko ataupun supermarket dengan harga yang lumayan.
Ditengok jendela kamar yang mulai memburam terkena cipratan air hujan. Ketika nafasnya bersinggungan dengan benda itu, hal ini menimbulkan uap embun tipis. Dicoret uap embun itu dengan jari-jarinya yang lentik. Membentuk sebuah kata, dan meninggalkan bekas di sana.
Bukan kata yang penting juga sebenarnya hanya sebuah kata yang dapat dieja dengan huruf
H-U-J-A-N (hujan) , sesuai dengan kedaan sore hari ini bukan?Ditatap langit sore berwarna sendu, warnanya gelap, dan berkabut. Kelihatannya akan awet hingga nanti malam.
Dia memeluk sendiri tubuh kecilnya, mencoba menghalau rasa dingin yang dengan kurang ajar mulai menyelimuti seluruh tubuh. Entahlah, dia hanya merasa hari ini memang benar-benar dingin. Nada berpikir merapal doa sekarang akan mustajab dikabulkan Tuhan, bukankah salah satu waktu mustajab ketika berdoa adalah ketika hujan turun?
Dipejamkannya mata sendu itu, berdoa lewat hati. Meresapi setiap kalimat yang diucapkan, rasanya sesak, hingga rasanya sangat sulit walau hanya sekedar untuk menarik nafas. Tak terasa kini ada hujan lain yang mulai datang menemaninya, yaitu hujan air mata. Dia menetes tanpa henti, membuat kedua bola matanya seketika memerah dan membengkak.
Hujan itu membawa banyak kenangan bukan? Banyak memori yang secara tidak sengaja terputar bersamaan dengan turunnya air langit itu, baik memori suka maupun duka seperti secara otomatis bergerak. Semuanya berputar begitu saja, menampilkan dua sisi kenyataan, di satu titik gadis itu rindu dengan ibunya dan keluarganya dulu, di titik lain dia berteman dengan seseorang juga karena hujan.
Dengan sigap segera dihapusnya sisa genangan air mata itu, kemudian memilih melakukan aktivitas lain yang lebih menuntut. Besok dia sudah harus kembali ke Malang, jadwal belajarnya tidak bisa dipending. Meskipun dua hari bersama bapaknya terasa singkat, namun tidak mengurangi kebahagiaan yang melingkupinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Hujan
EspiritualIni adalah kisah seorang gadis remaja yang beranjak dewasa, tentang dia dan masa lalunya. Tentang luka yang masih basah, tentang trauma yang masih menganga lebar. Dan segala gejolak hebat yang mencokol dalam hatinya. Ini adalah perpaduan rasa sedih...