Kamu?

599 30 7
                                    

[REVISI]

Serial-Tuan Hujan-25. Kamu?

Penulis : IsnaNA @isnaiyah

Dipublikasikan : 23 Juni 2017

Happy reading!
Kalau ada yang aneh baik sebelum atau sesudah revisi koment ya^^, biar daku tau kurangnya diriku, Eh!

***

Ternyata lamanya waktu berlalu masih tak mampu menyamarkan luka sekuat apa pun kita berlari dari kenangan ataupun dalam rangka melupakan
-Bait Semusim-

***

Nada berlari sekuat tenaga, menjauhi lautan manusia yang semakin lama semakin banyak saja jumlahnya. Semua ini membuatnya frustasi dan ketakutan, dia punya trauma tersendiri dengan tatapan benci orang-orang, sehingga menimbulkan kepanikan tersendiri yang tidak dapat dihadapinya.

Dia berlari tak tentu arah, kakinya hanya menapak asal dan  tidak punya tujuan pasti. Yang pasti adalah bahwa dia membutuhkan waktu untuk sendiri, suatu tempat yang sepi dan hening untuk menenangkan diri.

Tanpa sadar langkahnya berhenti di bagian ujung fakultas pertanian, tempat itu tergolong sepi sekali. Jarang ada mahasiswa yang beraktivitas di sana, berdasarkan rumor yang beredar ada sosok penampakan yang sering muncul bahkan tidak peduli di siang bolong sekali pun. Nada tidak memperdulikan entah setan macam apa yang nanti akan muncul menyapanya, masa bodoh dengan penampakan. Hatinya sekarang terasa ngilu, dan kesunyianlah yang ingin disapanya.

Selama perjalan menuju ke tampat itu saja sudah ada beberapa orang yang memandangnya dengan cara yang berbeda. Ada yang nampak curiga dan berbisik-bisik, menatapnya tajam dengan diam, atau terang-terangan menyuarakan perkataan yang kurang pantas untuk didengar .

Berapa pun usahanya untuk tidak peduli, tetap saja nalurinya sebagai seorang manusia terlebih lagi seorang wanita sangat merasa terusik. Hanya saja dia tetap mencoba untuk tegar , dia tidak ingin air matanya tumpah dan dilihat banyak orang. Hal itu hanya akan menunjukkan kalau dia memang lemah dan terbukti sebagai pihak yang bersalah.

Dia terisak sendirian, tidak ada bahu ayahnya yang bisa dia jadikan tempat untuk bersandar untuk saat ini. Dia harus memikulnya sendirian di sini, bahkan Ana saja dia tinggalkan. Dia tidak mau orang lain mengetahuinya, aib palsu yang disebarkan beberapa tahun yang lalu tentang keluarga kecilnya. Namun nampaknya hal itu sudah sangat terlambat. Berita itu sudah tersebar luas di seluruh antero kampus, lebih cepat dari pada di rumah lamanya.

Gadis itu sudah lupa berapa lama dia membuang air matanya. Terlalu lama menangis membuat tubuhnya gemetar, bahkan nafasnya terasa sesak. Gadis itu terus saja hanyut dalam pemikirannya sendiri, otaknya bekerja keras untuk memikirkan penyelesaian masalah ini. Sayangnya dia tidak cukup berani untuk menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya kepada semua orang, sekedar ditatap puluhan mahasiswa yang menaruh curiga padanya saja dia tidak sanggup apalagi berbicara panjang lebar, rasanya dia sudah terbunuh terlebih dahulu dengan tatapan tajam semua orang sebelum sempat dia membela diri.

Dia tidak tahu siapa orang yang sudah dengan tega menyebarkan aib palsu tentang dirinya dan keluarganya. Dia tidak habis pikir tentang kesalahan apa yang telah dilakukannya, hingga orang itu tega melakukan hal semenjijikkan ini dengan menhancurkan harga diri dan kepercayaan semua orang kepadanya.

"Kalau masih mau nangis pakai ini saja", Nada mendongak, menatap siapakah pemilik suara bariton yang barusan berbicara dengannya. Orang itu menyodorinya sebuah sapu tangan yang terlipat rapi. Sayang, posisi laki-laki itu yang memunggunginya membuat Nada tidak bisa melihat wajah pria yang yang sekarang tengah berdiri tepat di hadapannya, dan sialnya pria itu memergokinya tengah banjir air mata. Ini sedikit memalukan, masa bodoh,  hatinya sedang sakit sekarang.

Tuan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang