7

64.3K 5.6K 86
                                    

7

Ini pertama kalinya kau mengajakku keluar dari apartemen. Kau bilang aku butuh udara luar. Begitu aku mengangguk, kau mengacak rambutku sambil tertawa.

"Wajahmu lucu," ucapmu ringan.

Aku menulis di papan yang kau kalungkan di leherku. Setelahnya kutunjukkan padamu sambil tersenyum.

Kau juga. Senyummu manis.

"Terima kasih," bibirmu berkedut seolah menahan tawa.

Kau menggiringku keluar apartemen. Mataku melihat bagaimana kau mengunci pintu apartemen itu. Hanya dengan kartu tipis. Aku mengingat si penjaga kasir dimana aku ditaruh dulu memakai kunci besi. Bentuknya pun beda dengan milikmu.

"Kenapa?" tanyamu heran.

Aku menggeleng, menunjuk kunci itu dengan tampang bingung.

"Oh," kau sadar, senyummu lagi-lagi mengembang. "Ini kunci zaman modern. Aku tahu kau bingung karena kunci di rumah lamamu berbeda. Yah, pengaruh zaman."

Lama aku berpikir. Menatap punggungmu yang berjalan lebih dahulu. Saat menunggu benda berbentuk kubus dengan suara "ting" nyaring, aku menulis sesuatu. Tepat saat benda kubus itu terbuka, aku menepuk bahumu.

Tangan hangatmu menghelaku masuk ke dalam ruang kubus. Setelahnya kau baru melihat tulisanku di papan.

Apa rumah lamaku memang di toko itu atau kenyataannya bukan?

Kepalamu mendongak. Kukira kau akan menertawaiku atau menganggap diriku hanya boneka biasa. Namun yang namanya perkiraan kadang salah. Kau malah membawaku ke dalam dekapanmu. Membisikkan sesuatu di telingaku.

Persis seperti tadi malam.

"Kau tidak perlu memikirkan rumah lamamu. Yang perlu kau tahu, rumahku selalu terbuka untukmu."

Peter, perasaan ini semakin dalam.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang