20
Andai bisa, aku ingin menyatakan perasaanku padamu. Meski aku tau tidak sepantasnya aku melakukan itu. Karena pada dasarnya, aku, kamu, berbeda.
Aku boneka.
Kau? Kau manusia.
Nyaris tiga bulan aku memikirkan hal itu. Aneh rasanya tinggal di sini, sebagai manusia. Sebenarnya, aku sendiri tidak tau apakah aku ini manusia atau boneka. Aku bimbang saat melihat album foto itu. Ada rasa ingin percaya bahwa dulu sebenarnya aku hidup, bernapas, dan hidup normal seperti manusia lainnya. Namun rasa itu hilang saat pesimis timbul.
Ya, rasaku padamu pun mencoba hilang karena itu. Meski tak bisa.
"Angel," panggilmu dengan suara riang.
Aku menoleh, berhenti melihat rangkaian gugus bintang di langit. Kau, dengan tangan penuh kantung plastik, berjalan mantap dan duduk di sampingku. "Aku membawakanmu pakaian."
"Lagi?" tanyaku terkejut. "Apa tidak terlalu banyak?"
Kau menatapku itu, tanpa bantahan. "Baju yang kemarin itu sudah kuno, Ngel."
Ini sifat burukmu. Tidak mau sesuatu kuno atau tertinggal zaman. Padahal, aku senang dengan terusan salur-salur yang kau belikan bulan lalu. Masa, lagi-lagi aku harus menyimpannya di kardus.
Begitu pikiran itu berkelebat, aku langsung tersadar dan terkesiap. Aku tidak menerima baju yang kau sodorkan. Aku malah menutup mulut dan menggeleng pelan.
"Ngel, kenapa?" tanyamu cemas.
Apa ini hanya perasaanku, atau ... atau kau memperlakukanku seperti boneka?
"Maaf, Peter. Aku tidak butuh baju itu," ucapku tanpa melihat matamu. "Aku butuh tidur."
Kau bimbang sesaat. Dengan lesu, kau menaruh kantung plastik berisi baju itu ke atas sofa. Kau mengangguk, menepuk pundakku.
"Ya sudah, selamat tidur," ucapmu kecewa, masuk ke dalam kamarmu dan mengunci pintunya.
Aku mengangguk sambil tersenyum miris. Melihat gugusan bintang lagi. Dengan jari telunjuk dan ibu jari, aku memosisikan salah satu bintang di antara kedua jariku itu. Kau benar, aku hampir berhasil menangkap bintang itu. Aku hampir berhasil menggapainya.
Tapi, di sebuah lagu yang aku dengar, hampir tidak pernah cukup.
Itu salah satu lagu kesukaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Teen FictionKau tahu ketika aku beranjak tidur yang terakhir kali kupikirkan siapa? Kamu. Kau tahu ketika aku bangun dari tidur yang pertama kali kuingat siapa? Kamu. Namun aku tahu kau sama sekali tidak mengingat atau memikirkanku. Mengapa? Karena aku hanya ba...