11

54.7K 4.9K 63
                                    

11

Cantik itu apa?

Dahimu merengut kala melihat tulisan yang kutunjukkan. Memijat dahi berkali-kali, kamu pun menutup buku tebal yang ada di pangkuan. Kamu menyuruhku mendekat dengan isyarat tangan. Aku mengangguk patuh, langsung berada di sisimu.

"Kau tahu kata itu dari siapa?" tanyamu, aku tak mengerti ada apa namun wajahmu seolah curiga.

Aku meminta waktu untuk menulis di papan. Setelahnya kutunjukkan padamu.

Tadi sore aku jalan-jalan di sekitar apartemen. Lalu aku melihat kucing berada di dahan pohon. Aku mau membantunya turun. Namun seseorang membantuku menyelamatkan kucing itu. Kami banyak berbicara. Dan setelahnya dia bilang aku cantik.

Kau mengangguk-angguk paham. Dengan lelah kau berdiri, mengambil sesuatu yang tampaknya mengkilat. Kau menghadapkan benda mengkilat itu ke hadapanku.

Aku mencoba menjerit namun tak bisa.

Terdengar tawa riuh yang kutahu milikmu.

"Hei, jangan takut," ucapmu menenangkan.

Tanganku masih gemetar sewaktu menulis di papan dan menunjukkannya padamu.

Seseorang sedang melihatku lewat benda mengkilat itu!

"Itu namanya bayangan. Tidak nyata," tukasmu. Begitu mataku seolah berkata "benarkah?" kamu tertawa dan mengangguk. "Aku bersungguh-sungguh."

Aku melihat benda mengkilap itu lagi. Di sana ada seseorang, berambut pirang panjang dengan mata hijau. Bibirnya berwarna merah terang. Wajahnya lugu, seperti anak anjing yang dibawa Mrs. Daisy ke toko kelontong,rumah lamaku. Aku melihatmu, lalu melihat bayangan itu lagi.

"Itu wajahmu," kau menaruh benda mengkilap itu di sandaran sofa. "Cantik kan?"

Aku tersipu. Cantik? Apakah itu pertanda baik?

"Sejak kau di sini, aku sebenarnya penasaran. Siapa namamu. Berapa umurmu. Apa yang membuatmu menjadi manusia. Tapi yang pasti aku tahu, kau ada di sini untuk menemaniku," ucapmu tiba-tiba.

Tanganku perlahan memegang pergelangan tanganmu, ragu namun pasti. Kau tersenyum melihat perlakuanku. Sama pelannya kau meraup tanganku dan mencium punggungnya.

Rasanya di dalam tubuhku ada sesuatu yang bermekaran. Kupu-kupu mungkin? Yang kutahu itu membuatku nyaman.

"Good night," kau berdiri, melepas tautan tangan kita dan menyelimutiku.

Begitu kau masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya, aku termenung. Kulihat punggung tangan yang kau cium. Bibirku tersenyum.

Peter, sesuatu yang kurasakan ini ... apa kau tahu?

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang