25

37.5K 3.9K 25
                                    

Mataku membuka dengan sangat cepat. Detakan jantungku terdengar cepat di telinga. Aku bangkit berdiri dari posisi tidur dan melihat ke sekeliling. Terengah-engah. Kelegaan membanjiriku begitu melihat suasana pagi di taman seperti biasanya. Memori yang telah kuingat itu ... pasti salah satu bagian dari kutukan Erica.

Kalau begitu, James!

"Analise," bisikan itu terdengar nyata. Berasal dari orang yang ada di hadapanku. Bahuku bergetar begitu melihat James, matanya berkata-kaca. "Analise. Itu kau?"

"James," aku mengangguk ragu. Masih terkena disorientasi yang begitu hebat. "Kau temanku di kelas Sains. Juga sering menggangguku. Aku sering menangis karenamu."

James yang tadinya duduk kaku, kini bergerak memelukku. Bahunya bergetar. Dan dia, astaga, James yang sering menjahiliku, menangis. James tidak pernah menangis sebelumnya.

"Analise. Aku tidak tau kenapa bisa melupakanmu. Aku bodoh," bisik James. "Kau tiba-tiba lenyap di hari kelulusan. Aku mendadak melupakanmu begitu saja. Aku ... aku tidak akan pernah menyangka akan melupakanmu."

"Sudahlah," kataku, menghela napas. "Semuanya sudah berakhir."

"Dimana Peter? Apa dia masih bersamamu?" James bertanya dengan cepat seraya melepas pelukan kami.

Ah, kamu. Aku belum bertemu kamu lagi.

Aku harus segera bertemu denganmu.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang