Part XVI

746 77 72
                                    

(Namakamu) menoleh ke arah jalan, memastikan jalan mana yang harus ia tempuh. Pandangannya terhenti saat melihat motor yang keluar dari rumah tetangganya.

"Loh?lo kok di sini?" ucap (Namakamu) dan seseorang secara bersamaan sambil saling menunjuk satu sama lain.

"Kan rumah gue di sini" ucap (Namakamu) dan seseorang tadi secara bersamaan lagi sambil menunjuk rumahnya masing - masing.

"Bahkan gue baru sadar kalau gue tinggal di pondok kopi, Baal" ucap (Namakamu) diakhiri dengan kekehannya. Baal? Yap! Tetangga (Namakamu) adalah Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan.

Iqbaal berjalan ke arah (Namakamu) dengan senyuman manisnya. Tahukah Iqbaal? sekarang (Namakamu) sedang berusaha menutupi semburat merah di pipi chubby nya yang muncul karena senyuman manisnya.

"Ternyata kemaren gue vn-an sama tetangga, tau gitu gue teriak dari balkon kamar aja" ujar Iqbaal dengan kekehannya sambil menunjuk kamarnya yang ada di sebrang dengan dagunya.

"Lo baru mau berangkat? Diantar ayah lo?" sambung Iqbaal sambil membenarkan rambutnya yang terterpa(?) angin.

'YaAllah ganteng bat' pekik (Namakamu) dalam hatinya.

"Iya gue baru mau berangkat, ngga gue ga dianter, gue pengen nyoba pake angkot. Gue duluan ya Baal, takut macet. Dadaah" ucap (Namakamu) sambil melambaikan tangannya ke arah Iqbaal dan mulai melangkahkan kakinya.

"Ga ada berangkat pake angkot, sama gue aja. Lo bakal telat kalau pake angkot, Jakarta bukan Bandung kali" ucap Iqbaal sambil menahan tangan (Namakamu).

"Tapi nanti gue ngerepotin lo" Iqbaal menggeleng cepat mendengar penuturan (Namakamu).

"Ga ngerepotin, lagian satu sekolah ini. Tunggu di sini oke, tunggu" Iqbaal langsung berlari ke dalam rumahnya. Sebelumnya, tangannya mengisyaratkan agar (Namakamu) menunggunya.

Iqbaal terlihat menutup pagar rumahnya sambil menyelipkan helm berwarna merah muda di ketiaknya. Ia langsung menaiki motornya, menstaternya dan menjalankannya menuju (Namakamu).

"Ayok naik, sini gue pakein helmnya" Iqbaal menarik tangan (Namakamu) lembut, lalu memakaikan helm merah muda tadi ke kepala (Namakamu).

(Namakamu) mengernyitkan dahinya melihat helm yang Iqbaal pakaikan padanya. Seakan mengerti, Iqbaal terkekeh pelan.

"Lo jangan nethink sama gue gitu dong, lo kira gue banci taman lawang?" (Namakamu) terkekeh geli mendengar ucapan Iqbaal.

" ini helm punya teteh, bukan punya gue" sambung Iqbaal, membuat (Namakamu) menampakkan jejeran giginya sambil menganggukan kepalanya pertanda ia mengerti.

"Yaudah yuk naik!" Iqbaal menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum manis.

'Please Baal, jangan senyum. Bisa - bisa nanti inces diabetes'  pekik (Namakamu) dalam hatinya.

"Gue ga minta lo pegangan ko (Nam), cuma minta pengertiannya aja. Hahaha"

Pletaakk!!

"(Nam), sakit tau" keluh Iqbaal sambil mengelus - elus helmnya yang dijitak oleh (Namakamu).

"Suruh siapa omes? Ayo berangkat Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan" kesal (Namakamu) sambil melipat kedua tangannya dan menyimpannya di depan dada.

Dream Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang