"Nyanyi dong!"
Nanta menyuruh Rilla menyanyi, ia tahu suara anak di depannya tak bisa dibilang bagus namun juga tak bisa dianggap jelek. Mata Nanta sekilas menyeringai, seringai itu tak bisa ditangkap oleh Rilla yang sedang asik memegangi gitar kesayangannya. Ia hanya mendengarkan ucapan Nanta yang menyuruhnya bernyanyi.
"Nyuruh aja lo! Nyanyi sendiri sana." ucap Rilla dengan mata yang tak lepas dari benda berdawai itu.
Perlahan-lahan, Rilla mulai memetik gitarnya. Sedangkan Nanta berusaha mencari lagu apa yang sedang Rilla mainkan. Setelah ia tahu itu adalah salah satu lagu dari Shawn Mendes yang berjudul The Weight, ia mulai mengalunkan lirik-liriknya. Suaranya sangat pas dengan nada-nada yang Rilla petik. Dua perpaduan yang amat serasi, mungkin jika mereka mengikuti lomba, mereka akan mendapat juara satu.
Sesuatu mengalir di hati Rilla, sesuatu yang membuatnya menjadi hangat. Pancarannya bahkan membuat Rilla menjadi gugup, ia tak menyangka hal itu bisa mempengaruhinya. Ia tak tau sesuatu semacam apa yang menyerangnya. Yang jelas, ia gugup sekarang berada tepat di hadapan Nanta.
Tak beda dengan Rilla, Nanta juga merasakan hal yang sama. Kakinya bahkan sudah dingin dari tadi. Ia ingin segera mengakhiri lagunya dan berlari keluar dari ruangan ini untuk mencari air keran. Ia rasa mukanya sudah terbakar hangatnya sebuah rasa yang menyusup begitu saja di hatinya.
Akhirnya apa yang mereka nantikan terselesaikan dengan sangat indahnya. Rilla menghela nafas yang ia tahan beberapa saat yang lalu. Ia mengedarkan pandangan ke segelanya penjuru arah hingga matany melihat sosok yang sangat ia kenali. Tepat di depan pintu, ia medapati dua sahabatnya sedang melihatnya dengan pandangan tak terbaca bersama dengan dua sahabat Nanta. Salah satu dari sahabat Nanta, lebih tepatnya Xio sedang mengarahkan handphonenya menuju Rilla dan
Nanta. Mereka masih saling berdiaman hingga suara tepuk tangan Obee menghentikan kegiatan itu. Setelahnya, mereka seakan sadar dan ikut tepuk tangan.
Namun lain dari yang terlihat, Aurel tampak lebih murung. Satupun dari mereka tak tau penyebabnya. Berbeda dengan Nanta dan Rilla yang hatinya ditelusupi hal yang menghangatkan, hati Aurel justru tertelusupi sesuatu yang dinginnya melebihi es. Aurel sendiri tak paham kenapa itu terjadi. Ia memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya yang sudah duduk melingkar.
"Sumpah! Kalian keren tau gak! Kalo kalian mau ngamen di jalanan, gue yakin gak sampe sebulan kalian udah bisa beli mobil!" ucap Xio heboh. Ia tak berlebihan mengingat saking bagusnya permainan Nanta dan Rilla.
"Rupa gue seburuk itu ya?" kata Rilla melas.
"Eh?.. engga kok." Xio merasa omongannya salah, ia hanya berniat bercanda tapi Rilla menganggapnya serius.
"Banyak omong lo, Yo! Mending, siniin hape lo deh!" perintah Nanta mutlak, ia mengabaikan ucapan yang tengah berlangsung antara Rilla dengan Xio. Nanta sempat melihat Xio merekam mereka tadi sewaktu mereka tak sadar.
"Apa sih, orang hape gue gak ada apa-apanya." Jawab Xio gugup, sesegera mungkin ia mengantongi handphonenya.
"Gue gak tanya hape lo ada apanya, gue cuma minta hape lo. Jadi emang bener ya, lo sengaja nge-video-in kita." Ucapan Nanta membuat Xio bertambah gugup.
Xio hendak mengatakan sesuatu tapi ia masih terlihat berpikir. "Ngg-l-lo tuh ngapain berduaan disini? Emang lo gak pernah denger suatu hadits yang bunyinya
'janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya' HR. Ahmad."
Ucapan Xio sukses membuat mereka semua melongo terutama Nanta dan Obee. Xio memang dikenal dengan anak badung. Tak pernah mereka jumpai Xio mengaji, jagankan mengaji, sholat saja entah pernah entah tidak. Tapi siapa sangka ia hafal beberapa hadits seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Rival
Teen Fiction(COMPLETED - TAHAP REVISI) Bagaimana perasaanmu jika selama 3 tahun bersekolah tapi tak mendapatkan peringkat pertama, padahal kamu mampu? Kesal, itulah yang Nanta rasakan. Nanta memiliki otak cemerlang yang sayangnya masih kalah cemerlangnya diban...