16. Ditinggal (revisi)

12.6K 795 36
                                    

Setelah dari Paradise, Nanta masuk ke kelas. Matanya mencari seseorang yang tadi izin ke ruang guru. Nihil, dia tak ada di kelas. Nanta melupakan sejenak keberadaan Rilla karena ia mendapat panggilan dari kepala sekolah.

Jam sudah menunjukkan pulang sekolah, Nanta belum menemukan keberadaan Rilla. Ia tak tahu kenapa ia merasa ada yang hilang saat gadis itu tak ada di depan matanya. Ia mengecek handphonenya, beberapa menit yang lalu Obee mengirimi dirinya pesan jika Rilla berada di UKS. Tanpa banyak asumsi, ia segera berlari menuju UKS.

Di UKS, sudah ada sahabat Rilla ditambah sahabatnya.

Hingga, Nanta menggendong Rilla menuju mobil Obee. Rilla sempat berontak tapi bukan Nanta jika tak bisa menenangkannya.

Nanta mendudukkan Rilla ke jok belakang. Lalu ia menutup pintu belakang dan membuka pintu depan samping supir.

"Ngapain ikut masuk?" tanya Rilla saat Nanta menyenderkan kepalanya.

"Shut up! Jangan bawel!"

"Motor lo gimana?"

"Biarin, nanti juga ada yang ngambil."

Setelahnya, pintu kemudi dibuka dan munculah Obee dengan wajah lelah namun tetap bertahan dengan senyumannya.

"Lo ngapain disini? Lo bawa motor kan?" ucap Obee sama seperti Rilla.

"Udah supir mah nyetir aja, jangan kepo!"

"Ini kan mobil gue," serah gue dong.

"Yaudah cepetan jalan, kaki Faye ketekuk kek gitu lo nggak kasihan?"

"Berasa kek supir beneran gue."

"Cocok kok Bee," sahut Aurel yang baru saja masuk ke mobil. Ia tersenyum sekilas ke Nanta melalui kaca spion.

"Ganteng Ganteng Supir deh gue."

Obee menyalakan mesin mobilnya. Mobil melaju menuju rumah Rilla. Sepanjang perjalanan tak ada yang memulai obrolan, mereka asik dengan kegiatannya masing-masing. Obee asik dengan jalanan, Nanta asik dengan handphonenya, Aurel asik dengan music yang ia dengarkan sedangkan Rilla asik melihat jendela. Rilla terlihat galau, sikapnya juga acuh tak acuh apalagi kepada Nanta.

NantaHillary : Lo kenapa diem aja?

Nanta mengetikkan sebuah pesan kemudian ia kirim kepada Rilla. Rilla mengalihkan pandangan dari jendela menuju ke saku roknya. Ia lalu membukanya handphonenya dan melihat notifikasi yang berasal dari Nanta. Rilla lalu memandang Nanta dengan malas, ia tak berekspresi sama sekali, sangat beda dengan Rilla yang biasa Nanta jumpai. Padahal Nanta melihat Rilla sempat bercanda dengan Obee di UKS.

"Belok kanan apa kiri Rill?" tanya Obee sekaligus memecah keheningan.

"Kanan, abis itu lurus. Nah kanan jalan ada rumah pager coklat, itu rumah gue."

Apa yang Nanta asumsikan memang benar, Rilla sengaja menghindarinya. Buktinya Rilla membalas ucapan Obee daripada sekedar membalas tatapan Nanta. Ada satu perassaan yang tak mungkin Nanta ungkapkan. Ia cemburu, hanya karena Rilla lebih memilih menjawab pertanyaan Obee daripada pertanyaannya. Walaupun pada kenyataannya pertanyaan Obee memang lebih penting.

Mobil berjalan pelan menuju rumah Rilla, dari kejauhan sudah tampak rumah berpagar coklat. Mobil berhenti tepat di depan rumah. Obee membunyikan klakson, keluarlah penjaga rumah. Penjaga tersebut hendak menghampiri mobil Obee, tapi saat tahu Rilla ada di dalam, ia langsung bergegas membukakan pintu. Mobil masuk ke rumah besar Rilla. Mereka bertiga turun tapi Rilla masih di dalam mobil. Nanta menghampiri Rilla dengan niat mau menggendong Rilla seperti yang sebelumnya namun Rilla menolak.

My Perfect RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang