------VOTE YUK!------
Rilla POV
"Ma! Ini gimana?? Udah mateng belum?" tanya gue.
"Udah Sayang, angkat sekarang loyangnya!" perintah Mama.
"Siap Ma." dengan cekatan gue mengambil sarung tangan anti panas dan memakainya. Pelan pelan tapi pasti gue mengambil loyang yang ada di dalam oven.
"Bisa apa enggak Fay?" tanya Mama ketika gue mengangkat loyang. "Bisa kok Ma, Fay kan anaknya Mama, kalo urusan gini mah kecil." ucap gue. 1 loyang udah keluar tinggal 1 loyang lagi.
"Aduh.. Panas panas, ahh."
"Fay! Aduh tangan kamu! Kamu kalo gak bisa bilang aja jadi kek gini kan." omel Mama.
"Cuma kesenggol dikit gapapa kali Ma." Mama malah berjalan ke arah gue. Ia memegang lengan gue yang kesenghol oven, untung aja tuh oven gak jatuh.
"Sini, Mama kasih obat dulu." dan entah sejak kapan Mama udah bawa kotak p3k.
Mama mengobati luka gue dengan sangat hati hati. Mungkin ia tak mau gue tersakiti.
"Udah beres!"
"Makasih Ma, Mama terbaik deh!"
"Sama sama, lain kali hati hati ya?"
"Oke Ma, Fay ke atas dulu ya mau siap siap." gue pamit ke Mama yang sedang sibuk mengurusi kue.
Setelah berkutat dengan persiapan berangkat ke sekolah, gue berpamitan ke Mama dan Papa. Tapi waktu gue keluar rumah, gue tak mendapati Nanta di kursi yang biasanya. Tumben banget tuh anak kagak keliatan batang hidungnya, biasanya juga udah rempong nanyain
kapan berangkat. Gue bergegas ke arah mobil Mama.Sesampainya di sekolah, gue menuju kelas. Di kelas udah ada Aurel, Nanta dan Xio.
"Pagi semua!" ucap gue sambil duduk di samping Aurel. Nanta ada di bangku Feli bareng Obee.
"Pagi juga." jawab mereka.
"Tumben banget lo gak ke rumah." ucap gue ke Nanta.
"Eh, tadi gue disuruh nganterin Alma."
"Ohh."
Gue melirik Aurel sebentar, sikapnya rada lain dari biasanya. Lebih sering diem. Mungkin dia lagi sakit. Selang beberapa menit, Feli dan Xio dateng dengan muka datar. Ada apa sih kok semuanya gak kayak biasanya? Feli yang biasanya dateng langsung buat onar malah diem aja.
"Nih gue bawa kue buatan sendiri." tawar gue sambil mengambil kue tang tadi di bawain Mama.
"Lo buat sendiri apa beli Rill?" tanya Aurel, ia mengambil kue coklat.
"Buat sendiri tapi gak semuanya sih soalnya tadi di bantuin Mama."
"Enak ya jadi lo, udah baik, pinter, jago masak, jago main musik, gak fake. Apa sih Rill kurangnya lo sampe ada yang tega sama lo." Feli memuji gue berlebihan, entah maksudnya apa gue kurang paham. Lalu ia di senggol Xio, Xio membisikkan sesuatu yang gak gue dengar.
"Tumben banget lo buat kue Rill, emangnya ada apa?" tanya Obee, ia terlihat paling bersemangat memakan kue nya.
"Iseng aja, sekalian buat perayaan."
"HAH?!" ucap Aurel, Nanta, Feli dan Xio.
"Maksud lo perayaan apa?" tanya Feli ragu ragu.
"Kalian kok tegang banget?" gue malah balik nanya.
"Masak sih? Enggak kok." ucap Nanta sambil menggaruk tengkuknya yang gue prediksi gak gatal sekalipun.
"Maksud lo tadi perayaan apa Rill?" ulang Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Rival
Teen Fiction(COMPLETED - TAHAP REVISI) Bagaimana perasaanmu jika selama 3 tahun bersekolah tapi tak mendapatkan peringkat pertama, padahal kamu mampu? Kesal, itulah yang Nanta rasakan. Nanta memiliki otak cemerlang yang sayangnya masih kalah cemerlangnya diban...