Twenty Eight "Patah"

11.5K 800 196
                                    

------VOTE YUK!------

Rilla POV

"Rilla!!" "Faye!!"

Mereka berdua, benar perkiraan gue. Nanta dan Aurel. Mereka sedang berhadap hadapan, Nanta bersandar pada pagar pembatas sedangkan Aurel bersandar pada tembok.

Nanta menatap gue dengan pandangan kosong, raut mukanya tak seperti biasanya yang selalu datar itu. Sedangkan Aurel shock melihat gue tiba tiba dateng.

"Rill... Iiini-ini gak.."

"Gue gak pengen penjelasan sekarang." potong gue cepat. Aurel tergagap, matanya berkaca kaca.

"Tapi, ini gak seperti yang lo—"

"LO DENGER GUE KAN?!" gue membentak Aurel yang berusaha ngasih gue penjelasan. Gue gak mau denger apapun yang dijelasin sama dia. "Lo diem aja biar gue gak teriak teriak kek gini apalagi di rumah orang." Aurel cepat cepat mengangguk, kegugupannya terlihat jelas.

"Nan jelasin ke gue, gue cuma mau dengerin lo, karena gue percaya lo." ucap gue berakhir parau.

"Rel gue butuh bicara berdua sama Faye, lo keluar dulu." perintah Nanta diangguki Aurel.

Aurel berjalan melewati gue. Gue diem gak bicara apapun, jangankan bicara ngelirik aja kagak.

Gue menghampiri Nanta yang masih bersadar di pagar. Gue duduk dibawahnya dengan kaki yang digantungkan. Nanta lalu ikut gue duduk di bawah mensejajari posisi gue.

"Maaf."

"Gue gak butuh maaf."

"Tapi gue pengen minta maaf."

"Tapi juga, gue gamau denger permintaan maaf lo! Gue udah bilangkan kalo gue mau penjelasan dari lo, bukan maaf."

"Gue gak bisa jelasin." Nanta menunduk.

"Gue gak peduli lo bisa atau enggak."

"Gue bingung mau mulai dari mana."

"Kalo lo bingung, biar gue aja yang tanya, lo tinggal jawab 'ya' atau 'enggak'!" Nanta terlihat ragu ragu, tapi akhirnya dia mengangguk.

"Lo udah lama kenal sama Aurel, jauh sebelum lo kenal gue kan?"

Nanta mengangguk. "Ya."

"Lo deket sama Aurel gegara lo sahabatnya Obee?"

"Nggak." gue menatap Nanta dengan tatapan bertanya 'lalu kenapa?'. "Gue kenal Aurel emang dari Obee, tapi gue deket sama dia bukan dari Obee. Tapi kita emang sering ketemu jadi tambah deket." sering ketemu? Dibelakang gue kan.

"Lo sayang sama dia? Mm lo cinta sama dia?" pertanyaan ini yang menurut gue paling sulit gue ucapkan.

Nanta diem, gak mengangguk juga menggeleng. Dia diam tak menjawab. Gue udah perkirakan kalo dia gak bisa jawab pertanyaan ini.

"Siapa aja yang tau tentang ini?"

"Lo nyuruh gue jawab 'ya' atau 'enggak' bukan pertanyaan yang butuh banyak jawaban kek itu."

"Lo sayang bahkan cinta sama dia kan?" ulang gue dengan mata berkaca kaca. "Kenapa lo diem? Lo kan tinggal milih 'ya' atau 'enggak' sesimple itu. Lo gak perlu cari alasannya karena gue cuma butuh 'ya' atau 'enggak' udah itu aja."

"Nan, kalo gue suka sama lo gimana?" Nanta kaget mendengar ucapan gue.

"Apaan sih Faye, kita kan rival."

"Kalo gue suka sama lo gimana? Sekalipun kita musuh." Nanta kelu, tak bisa dan tak tau mau jawab apa. Dia menunduk sedalam dalamnya.

"Lo gak bisa jawab karena lo cinta sama seseorang yang bukan gue kan? Lo gamau gue tau akan hal itu?"

My Perfect RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang