------VOTE YUK!------
Kreeek.
Suara pintu terdengar mengagetkan 2 orang yang sedang berpelukan itu. Rilla menoleh ke asal suara, dilihatnya Aurel menatap dia dengan pandangan datar. Dengan buru buru ia melepas pelukannya.
Nanta POV
"Sorry gue ganggu." ucap Aurel. Dia berniat berbalik untuk keluar lagi.
"Eh, enggak kok." kata Faye dengan canggung. Gue lihat ke arah Aurel, ia tak kaget sama sekali. Tatapannya biasa biasa aja, tapi malah semakin merasa bersalah.
"Rill lo tadi di cariin Bu Jul." Aurel mendekat ke Faye.
"Tadi pagi gue udah ketemu Bu Jul kok." jawab Faye.
"Oh ya? Kok tadi Bu Jul nyariin lo lagi?"
"Masak sih?" Faye membereskan sisa minuman di meja. "Yaudah deh gue Bu Jul dulu." ia meninggalkan gue dan Aurel di Paradise.
Aurel menatap gue. Secara tak langsung ia meminta penjelasan.
"Gue di kasih kue sama Faye abis itu gue komentari. Eh dia seneng sampe gak sengaja meluk gue." jelas Gue, Aurel masih menatap gue dengan tatapan yang sama.
"Lalu?" tanya nya terbilang santai.
"Lalu... Udah gitu aja, gak ada apa apa kok. Lo jangan marah dong."
"Gue gak marah cuma gara gara lo di peluk Faye. Gue kan udah bilang lo boleh deket sama dia. Gue marahnya karena lo gak bilang mau kemana."
"Kan biasanya juga gak bilang." mati gue keceplosan.
"Ooo yaudah gak udah bilang, sebegitu gak pentingnya gue ya?"
"Bukan gitu, kesannya gue masih ke bayang terus kalo kita masih temenan. Maaf."
"Semua butuh proses kok! Udahlah lupain aja."
Gue dan Aurel pun meninggalkan Paradise menuju ke kelas. Setibanya di kelas gue gak melihat Faye duduk di bangkunya. Biasanya dia asik sama Feli disana tapi kali ini kosong. Feli malah lagi berdebat sama Xio. Gue dan Aurel menghampiri pasangan aneh itu.
"Faye sama Obee kemana? Kok lo berdua aja?" tanya gue. Soalnya Faye gak balik balik setelah di panggil Bu Jul tadi.
"Sapa lu nyariin dia?" sinis Feli.
"Tadi kesini habis dari ruangan Bu Jul tapi cuma ambil kamera lalu keluar lagi." jawab Xio, gue mengangguk. Tuh anak kemana ya? Kok tumben banget bawa kamera ke kelas.
-----------
Rilla POV
Tukk.
"Aduh!" gue memegangi kepala gue yang kena lemparan kerikil. Anak siapa sih nyari gara gara sama gue? .
"Turun lo!" seru seseorang dari bawah.
"Ish! Lo kan yang ngelempar kerikil?"
"Kalo iya emang kenapa? Lagian lo ngapain nangring disitu? Gak ada yang elite dikit napa? Masak di pohon kek Mo—"
"Monyet maksud lo kan?" gue menyela omelan Obee.
"Salah lo, orang gue mau bilang Moalaikat." sangkalnya.
"Mana ada malaikat awalannya Mo."
"Ada, ini gue." dia mendongak, dari atas sini ia terlihat tersenyum dengan percaya dirinya. Gue menggelengkan kepala. Ada ada aja si Obee.
Guepun turun dari pohon menghampiri Obee dibawah.
"Lo seneng banget manjat pohon padahal lo cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Rival
Jugendliteratur(COMPLETED - TAHAP REVISI) Bagaimana perasaanmu jika selama 3 tahun bersekolah tapi tak mendapatkan peringkat pertama, padahal kamu mampu? Kesal, itulah yang Nanta rasakan. Nanta memiliki otak cemerlang yang sayangnya masih kalah cemerlangnya diban...