------VOTE YUK!------
Rilla POV
"Rill, cewek yang gue ceritain itu lo. Gue suka sama lo."
Gue menatap Obee dengan pandangan tak tentu. Apa yang dia bilang gak pernah gue sangka sebelumnya.
"Gue?" gue menatap Obee dengan penuh tanya.
Obee mengangguk. "Gue juga gatau kenapa bisa lo. Yang namanya cinta gak bisa milih kan?"
"Iya sih, tapi kenapa harus gue?" gue menatap Obee parau. Sesak mengetahui sahabat gue mencintai gue dengan sabarnya tanpa gue ketahui barang sekalipun.
"Gue juga gatau, konyol memang. Tapi ini perasaan Rill gak bisa di logika kan."
Gue tersenyum maklum. "Bee ini tuh konyol banget malah. Kita sama sama suka sama orang yang gak tau keberadaan kita walaupun kita selalu disampingnya."
"Iyaa. Hehe." Obee tertawa, menertawai kekonyolan kita. "Lo gak bakal ngejauhin gue setelah gue ungkapin perasaan gue kan Rill?"
"Gaklah Bee, gue malah makasih udah disayangi sama orang baik kek lo. Maafin gue yang gak bisa bales perasaan lo." gue menunduk.
"Bukan salah lo kok Rill, gue gak nuntut lo buat bales perasaan gue. Gue bilang itu semua biar gue lega dan sekarang gue udah lega. Gue gak akan nembak lo, cukup tau lo cinta sama orang lain aja gue udah sakit apalagi lo nolak gue waktu gue nembak. Gue sadar Rill, bukan gue orangnya. Bukan gue yang lo harepin." Obee menunduk, menenangkan dirinya.
"Bee.."
"Gue gak papa Rill. Gue malah seneng bisa deket sama lo kek gini, itu cukup buat gue Rill."
"Makasih Bee, lo sahabat gue yang paling ngertiin gue."
"Pastinya, Obee gitu loh." ucapnya dengan gayanya yang khas.
"Apa kata fans lo ya waktu tau idola mereka suka sama seseorang tapi bertepuk sebelah tangan." ledek gue karena Obee emang banyak banget fans nya, mulai dari adek kelas sampai siswa dari sekolah lain.
"Gak usah ngeledek! Lo juga kan!" sungutnya, gue tertawa lepas seolah kesedihan gue ikut terangkat sedikit demi sedikit tapi tak sepenuhnya.
Andai hati gue bisa mencintai lo Bee, gue mungkin gabakal sedih kek gini. Seandainya lo hadir sebelum gue kenal dan deket sama Nanta, gue mungkin jatuh cinta nya sama lo. Seandainya hati gue bisa milih orang yang pantas buat gue cintai, pasti lo ada di posisi teratas sebagai orang yang berhak dicintai. Tapi semuanya hanyalah andai, kenyataannya hati gue gak milih lo, hati gue gak bisa bales yang lo kasih ke gue dan hati gue gak bisa mencintai lo seperti yang lo mau. Hati gue... Milik orang yang tak pernah gue miliki.
***
Pergi ke sekolah sendirian udah jadi rutinitas gue sekarang. Di kelas sendirian juga udah jadi kebiasaan. Gue gak lagi ke Paradise kalo istirahat. Sebenernya sih gue pengen banget kesana tapi kalo nanti kepapasan sama Aurel atau Nanta gue males banget. Alhasil, selama istirahat gue selalu duduk di bangku paling pojok di kelas gue.
Seharian ini gak ada yang nyamperin gue. Obee lagi sibuk sama organisasinya sedangkan Feli dan Xio gak tau pada kemana. Gue lihat Aurel duduk di bangkunya, sendirian. Tumben banget tuh anak kagak ngikutin pacarnya.
Pulang sekolah, gue berniat buat ambil kamera sama gitar gue di Paradise. Gue berjalan melewati koridor terus ke arah belakang hingga sampe di bangunan kosong itu. Saat gue mendekat, seseorang keluar dari sana.
Gue buru buru sembunyi, gue lihat Nanta keluar dari sana. Mukanya tak cerah seperti dulu kalo kita habis main dari sana. Matanya sayu, dia lantas berjalan menjauhi Paradise. Gue menunggu ddi tempat sembunyi gue, kali aja Nanta bawa temen ke Paradise.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Rival
Teen Fiction(COMPLETED - TAHAP REVISI) Bagaimana perasaanmu jika selama 3 tahun bersekolah tapi tak mendapatkan peringkat pertama, padahal kamu mampu? Kesal, itulah yang Nanta rasakan. Nanta memiliki otak cemerlang yang sayangnya masih kalah cemerlangnya diban...