"Lihat seberapa kuat caraku mengingat kenangan kita dahulu!"
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, seluruh pelajaran sudah selesai. Dan saatnya untuk pulang.
Begitu pun dengan Alina, Gina, dan Amel, yang sudah tidak sabar untuk kembali ke rumah lalu beristirahat.
Mereka jalan bertiga menuju gerbang sekolah.
"Katanya lo mau cerita," Kata Amel membuka pembicaraan.
"Cerita apa ?" Tanya Alina polos.
"Itu yang tadi," Jawab Amel, "Masa lo lupa!"
"Oh, tadi Kak Raka nembak gue tiba-tiba"
Gina dan Amel terkejut. Mereka berdua menghentikan langkahnya.
"Bisa lo ulang gak Al ucapan lo barusan ?" Kata Gina sambil menatap Alina.
"Kak Raka nembak gue tiba-tiba!" Ucap Alina dengan nada sedikit naik.
Amel masih belum percaya dengan ucapan Alina, ia lantas mencengkram pundak Alina.
"Al jangan bohongin gue deh, gak lucu!"
Alina menggerakkan pundaknya agar Amel bisa melepaskan cengkramannya.
"Ngapain gue bohong sama kalian, kalian kan sahabat gue." Ucap Alina, "Ayo jalan lagi, udah sore banget ini" Sambungnya.
Alina mulai melangkahkan kakinya lagi. Namun tangannya ditarik oleh Gina.
"Tunggu Al, terus lo terima gak dia ?"
Alina menghentikan langkahnya.
"Enggak!" Kata Alina singkat.
Amel mengubah posisi berdirinya, sehingga berada di depan wajah Alina.
"Kenapa gak diterima ? Ah bego lo! Masa Kak Raka yang gantengnya kebangetan gak lo terima sih!"
Dengan begitu santai, Alina kembali berjalan tanpa peduli Amel dan Gina yang berada di belakangnya.
"Selain ganteng dan populer ada lagi gak alasan buat gue nerima dia ? Enggak kan ?"
Amel mendengus kesal.
"Susah sih ngomong sama orang aneh!"
"Udah Mel, kayak lo gak tahu Alina aja," Kata Gina menenangkan.
"Kalian naik angkot kan ?" Tanya Alina.
"Gue di jemput." Kata Amel.
"Gue juga." Ucap Gina menambahkan.
Alina mendengus kesal.
Amel dan Gina berhenti di gerbang sekolah untuk menunggu jemputan.
Sedangkan Alina terus berjalan menuju halte di depan sekolah untuk menunggu angkot.Di pinggiran jalan depan halte terparkir motor cross berwarna hijau yang sudah Alina kenal.
Raka berada di halte dengan wajah gelisah sambil mencoba menelepon.Kenapa harus ada dia sih!
Dengan terpaksa Alina harus menunggu angkot di sana.
Raka menggerutu dengan wajah gelisahnya.
"Sialan! Kenapa harus mati sih nih Hp!"
Alina mendengar ucapan Raka, ia pun melihat raut wajah Raka yang kurang enak dipandang, wajah gelisahnya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction"Kamu akan selalu menjadi bagian terindah dalam hidupku, bahkan setelah kamu pergi dan mungkin takkan pernah kembali." "Dan aku selalu minta sama Tuhan agar kirim malaikat untuk menjaga kamu sampai Tuhan mempertemukan kita nanti." Alina, gadis polos...