#LIMA BELAS

17.4K 579 15
                                    

"Kenapa nama itu harus terdengar lagi, kenapa kenangan itu harus teringat lagi ?"

Bali, 2016 ...

Sudah setengah jam Alina terduduk di kursi kamar hotel dengan mata sembab.

Hatinya masih perih, sangat perih, seperti ada yang menyayat hatinya hingga teriris.

Setengah perasaannya ia benci, benci harus mendengar nama itu terucap kembali. Alina sudah bertahun-tahun menutup pintu hatinya untuk nama itu, sudah bertahun-tahun Alina berdoa agar tidak dipertemukan lagi dengan orang yang pernah melukai hatinya.

Entahlah, harusnya Alina bersikap biasa, harusnya Alina menerima kalau Raka sudah akan menikah dengan calon sepupunya sendiri, harusnya Alina juga menerima jika memang ini adalah waktu yang tepat untuk ia bertemu lagi dengan Raka setelah perpisahan yang cukup lama.

Tapi masalahnya, kenapa harus Raline, kenapa harus Raline perempuan yang akan dinikahi Raka, kenapa harus Raline, orang yang sangat baik kepadanya.

Sesempit inikah dunia ?

Alina mengusap air matanya, ia tiba-tiba teringat pada janji yang ia ucapkan pada dirinya sendiri, janji yang sudah ia tangguhkan berkali-kali. Bahwa ia akan mencintai Ditto dengan setulus hati dan melupakan Raka yang sudah jauh pergi.

Alina menarik nafas, berdiri dari duduknya, kemudian memasukan baju yang kemarin ia keluarkan dan sekarang ia masukkan ke dalam kopernya.

Kalau pun ia harus bertemu lagi dengan Raka, kenapa harus di waktu dan keadaan yang salah ?

*****

Jeje harus menjadi nyamuk yang berjalan di belakang dua wanita yang gila belanja. Sudah hampir malam, namun Gina dan Amel belum puas dengan belanjaannya.

Hufffttt.

Gina dan Amel berhenti pada toko yang menjual oleh-oleh khas Bali dan diikuti Jeje, setelah itu Jeje tertuju pada seorang pria yang menawarkan jasa tato temporer di kios kecil di pinggil jalan. Jeje menghampiri kios itu dan diikuti oleh Gina dan Amel yang tidak mau ketinggalan untuk memasang tato temporer.

"Tunggu ya," Ucap Jeje kepada Amel.

"Yaudah deh, kita nunggu di luar aja yuk Mel!"

Sungguh, menunggu adalah hal yang sangat membosankan bagi siapa pun, termasuk bagi Gina dan Amel. Amel menyibukkan dirinya dengan stalking instagram online shop. Sementara Gina hanya memperhatikan sekeliling.

Seseorang pria turun dari mobil yang diparkirkan di sebrang jalan. Pria itu tidak sendirian, ia bersama seorang wanita bertubuh tinggi dan langsing.

"Mel.. Mel.." Kata Gina menyenggol Amel.

"Apaan ?"

Amel berhenti memainkan ponselnya, dan melihat tepat ke arah pria itu.

"Kak Raka ?" Kata Amel. "Itu kak Raka kan ?" Sambungnya memastikan.

"Iya deh kayaknya." Jawab Gina dengan raut wajah yang mulai gelisah.

"Terus gimana dong ?" Tanya Amel.

Keduanya kini semakin gelisah.

Amel berdiri dari duduknya.

"Gua samperin aja ya." Sambil melangkah kecil.

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang