#DUA PULUH SATU

16.8K 596 21
                                    


"Kamu ngeyakinin aku kalau teori Charles Darwin memang benar. Evolusi itu memang benar-benar bisa terjadi."

Deburan ombak terdengar jelas di telinga. Ditambah lagi tiupan angin yang lumayan kencang, sampai-sampai bisa meniupkan sisa rambut Alina yang tidak ikut terkepang.

Mereka masih di sana, duduk di hamparan pasir luas sambil menghadap ke laut yang biru. Mereka masih berbagi cerita tentang apa yang mereka lalu setelah saling pergi.

"Laper gak ?" Tanya Raka seraya melihat Alina. "Cari makan yuk." Ajaknya.

Tanpa menerima jawaban terlebih dahulu dari Alina, Raka langsung berdiri lalu kemudian ia mengulurkan tangan kanannya kepada Alina yang masih duduk, dengan maksud ia akan membantu Alina untuk berdiri.

Alina malah terdiam, ia memandang datar Raka.

"Ayo." Ujar Raka seraya menggerakkan bahunya sebagai isyarat mengajak Alina supaya berdiri.

Alina tersenyum, ia meletakkan tangan kanannya di telapak tangan Raka.

****

Di tempat yang berbeda, Ditto sudah bersiap akan menemui klien-nya di salah satu restaurant di seminyak. Tampilannya sudah rapi, dengan baju casual tapi masih sopan.

Selagi masih di Villa, Ditto membuka laptop, dengan maksud ia akan mengecek filenya yang ada di flashdisk untuk nanti akan ia tunjukan kepada klien-nya.

Namun yang terjadi adalah laptopnya mati. Sudah beberapa kali Ditto menekan tombol power, tetap aja laptop itu tidak menyala. Ditto mencoba untuk mencharger, tetapi masih tidak menyala.

Ia mencoba menghubungi Raline untuk meminjam laptop, namun ponsel Raline tidak aktif.

Ditto benar-benar bingung saat itu, sebelum akhirnya ia ingat. Ia berjalan masuk ke kamar Alina, mengampiri meja rias, tepat ada laptop bergeletak di sana.

Akhirnya...

Tanpa pikir panjang, Ditto mengambil laptop berwarna silver itu lalu ia bawa pergi untuk menemui klien.

****

"Keluarga lo apa kabar ?" Raka membuka pembicaraan saat mereka berjalan beriringan menuju tempat tujuan.

Alina menundukkan kepalanya sedikit dengan tatapan kosong ke arah bawah.

"Ayah meninggal beberapa bulan setelah aku naik kelas tiga," Ucap Alina sedikit sendu. "Bunda baik, sekarang buka usaha rumah makan di Jakarta. Dan A Randy, sekarang tinggal di Bandung sama istrinya." Katanya yang sekarang menarik senyum dan pandangannya mengarah ke depan.

Raka memasang ekspresi berduka, lalu memandang Alina.

"Gue denger itu dulu, dari Gery." Ujar Raka. Maksudnya adalah ia sudah tahu kalau ayah Alina sudah meninggal.

Obrolan itu terpotong, karena mereka sudah sampai di salah satu rumah makan khas Bali.

Raka dan Alina duduk berhadapan di meja pojok dengan meja dan kursi yang cukup maksimal empat orang itu.

"Mau pesen apa ?" Tanya Raka sesaat setelah pramusaji memberikan buku menu.

"Samain aja." Jawab Alina singkat.

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang