"cinta itu cukup di rasakan, bukan di ungkapkan."
Suara berisik alarm tidak berhenti berbunyi sejak tadi. Namun, badan mungilnya masih terbungkus oleh selimut berwarna maroon, padahal matahari sudah mulai memancarkan sinarnya yang hangat.
Tangan kanannya meraba ke sebuah meja kecil samping tempat tidur, mencoba mematikan jam weker yang sejak tadi menganggu pendengarannya yang tenang.
Badannya kini mulai beranjak dari tempat tidur. Penglihatannya masih samar, dengan tubuhnya yang masih lunglai, ia memasukkan sebuah kaset ke dalam DVD.
Suara musik terdengar sangat keras di kamarnya. Sementara itu Alina memasuki kamar mandi.
Terdengar suara dirinya yang ikut bernyanyi.
Ku rasakan pudar dalam hatiku, rasa cinta yang ada untuk dirimu...
Suaranya melantun. Namun, suaranya tersamar oleh suara shower yang seakan-akan memprotes suaranya.
Tak lama, setelah mandi dan merapikan penampilan. Alina tampil dengan seragam putih abu-abu, dan cardigan berwarna biru yang menyempurnakan penampilannya.
Alina mengambil beberapa barang seperti buku, alat lukis, dan yang terakhir ponsel yang langsung ia masukkan ke dalam tasnya.Di lantai dasar rumahnya, sudah ada Ika, Bundanya dan Randy yang menunggu Alina untuk sarapan bersama.
"Pagi Bun, pagi A." Ucapnya menyapa.
"Pagi, cepetan makan biar gak kesiangan." Jawab Bunda.
Sementara Randy sibuk mengambil makanan.
"Hp kamu bunyi terus dari semalem, siapa yang nelepon Al ?" Tanya Bunda membuka pembicaraan.
Mendengar ucapan Bunda bahwa ponselnya terus berbunyi dari malam. Alina yang tidak menyadari bahwa ada yang menelepon langsung membuka tasnya, dan langsung memeriksa ponselnya.
Saat membuka ponsel, terlihat jelas tulisan yang memberitahukan bahwa telah ada lima panggilan tidak terjawab, dan satu pesan singkat.
Alina membuka SMS yang masuk, masih dengan nomor yang sama dengan panggilan yang tak terjawab.
Alina mengerutkan dahinya, mencoba mencermati dengan mata yang jelas untuk membaca pesan singkat itu.
"Jangan kebanyakan ngelamun, cepetan makan atau Aa tinggalin nih!" Ucap Randy.
Alina mengangguk, menyelesaikan makan, dan segara keluar rumah.
Di luar sudah ada Randy yang sedang menghangatkan motornya, Alina segara menaiki motor itu dan langsung berangkat.
Dari kaca spion Randy melihat raut wajah Alina yang terlihat sangat gelisah, tak biasanya Alina terlihat seperti ini.
"Kenapa sih Al ? gak biasanya diem kayak gini, biasanya kamu ngoceh terus."
Suara Randy terdengar samar, sehingga Alina tidak terlalu mendengar.
"Hah ? kenapa A ?" Kata Alina sambil memajukan kepalanya.
Randy malah menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak jadi berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction"Kamu akan selalu menjadi bagian terindah dalam hidupku, bahkan setelah kamu pergi dan mungkin takkan pernah kembali." "Dan aku selalu minta sama Tuhan agar kirim malaikat untuk menjaga kamu sampai Tuhan mempertemukan kita nanti." Alina, gadis polos...