#EMPAT

22.9K 762 8
                                    

"Dan aku selalu minta sama Tuhan, agar kirim malaikat buat menjaga kamu, sampai Tuhan mempertemukan kita nanti."

Bali, 2016 ...

"Harusnya kamu ada disini."

Raka berada di taman belakang rumahnya, suara siulan burung menjadi backsound atas semua kesedihannya malam ini. Walau ia selalu berkata tak apa-apa, namun tetap saja kesedihan itu tak bisa ia sembunyikan. Rasanya ia ingin memiliki mesin waktu yang bisa membawanya kembali kepada masa lalu, menyelusup pada nostalgia yang tersimpan, agar ia bisa memperbaiki semua yang menjadi penyesalannya saat ini.

"Dan aku selalu minta sama Tuhan, agar kirim malaikat buat menjaga kamu sampai Tuhan mempertemukan kita nanti." Kalimat itu refleks keluar dari mulut Raka.

Angin dingin yang berhembus menyentuh kulitnya dan seakan memasuki nadi. Dan kali ini ia benar-benar merasa penyesalan sekaligus kehilangan.

"Raka, makan malam dulu yuk!" Ucap seorang wanita dari arah belakang.

*****

Good morning from Bali ...

Cuaca di Bali cukup bersahabat sore ini, hanya sedikit awan putih dan sisanya hanyalah langit yang biru. Maka ini adalah suatu keberuntungan bagi Alina yang sudah berpenampilan cantik. Dress di bawah lutut dengan make up natural menyempurnakan penampilannya. Ia sudah sampai di Bali dari tadi malam.

"Gin, serius lo gak mau ikut ?" Ucap Alina kepada Gina yang masih bermalas di kasur.

"Gah ah, gue, Jeje, sama Amel mau jalan-jalan cari oleh-oleh." Jawab Gina.

Jeje adalah pacar Gina sejak satu tahun yang lalu.

"Je, titip kedua sahabat gue ya. Apalagi si Amel nih, dia suka nyuri!" Ujar Alina kepada Jeje.

"Apaan sih garing lo," Kata Amel kesal.

"Iya lo suka nyari perhatian biar gak jadi nyamuk kan ? ha..ha..ha.." Alina tertawa.

"Apaan sih dasar jayus!" Amel semakin cemberut.

Alina, Gina, dan Jeje tertawa. Ditto juga.

Sekarang, Alina dan Ditto berangkat ke pantai Sanur menggunakan taksi, tempat resepsi pernikahan Mba Nisa sepupu Ditto.

"Lihat keren ya," Ucap Ditto sambil menunjukan satu foto di ponselnya.

"Apanya ?" Tanya Alina polos.

"Fotonya, ini temen aku yang fotoin, padahal tempatnya biasa aja, tapi dia yang jago ngambil gambarnya." Ditto terkagum-kagum sendiri.

"Oh ya..." Alina mencoba menghargai ucapan Ditto.

"Aku kadang iri sama fotografer, mereka bisa mengambil gambar dengan begitu indahnya, dan keindahan itu yang dikenang sama mereka atau pun kita," Ditto tersenyum kecil.

Alina mengerutkan dahinya, ia teringat kepada seseorang yang pernah mengucapkan hal yang hampir sama.

Gue suka fotografi karena gue tahu, otak dan ingatan manusia itu gak sempurna, bisa jadi ingatan gue hilang tiba-tiba. Karena itu, gue potret semua moment yang ada dalam hidup gue, biar bisa gue kenang suatu hari nanti.

Alina tersenyum.

****

Taksi berhenti di parkiran.
Acara yang bertema putih itu ramai oleh keluarga kedua mempelai.
Alina berhenti di meja yang menyediakan minuman, sedangkan Ditto terus berjalan menemui seseorang.

"Al..." Ditto memanggil Alina sambil melambaikan tangan.

Alina segera menghampiri Ditto.

Ada seorang wanita cantik dan tinggi di sebelah Ditto. Mungkin, jika dibandingkan dengan Alina, Alina hanya setara dengan pundaknya, padahal wanita itu tidak menggunakan sepatu hak tinggi.

"Ini Raline," Ucap Ditto, "Anaknya Tante Mira.

Alina mengulurkan tangannya untuk berjabat dan berkenalan.

"Alina.." Ucapnya memperkenalkan diri.

"Raline," Kata wanita itu.

"Ini Rara yang mau tunangan dan nikah itu ya ?" Kata Alina.

Raline tersenyum dan mengangguk.

"Ini pacar gue Ra, cantik gak ?" Tanya Ditto.

Ditto dan Raline adalah dua orang sepupu yang lumayan dekat.

"Cantiklah..."

"Yaudah, kalian berdua ngobrol aja, gue di panggil Om Rudi." Ditto meninggalkan Raline dan Alina berdua saja.

Raline mengajak Alina untuk duduk di bangku belakang yang kosong, agar bisa mengobrol dan mengenal satu sama lain.

"Kata Mami kamu designer ya ?" Kalimat itu menjadi pembuka pembicaraan mereka.

"Iya, dan Tante Mira nyuruh aku buat merancang gaun untuk acara tunangan kamu." Jawab Alina.

Raline tersenyum.

"Udah berapa lama sama Ditto ?" Tanya Raline.

"Udah mau tiga tahun."

"Langgeng ya." Ujarnya.

"Amin," Jawab Alina, "Pacar kamu gak ikut ke sini ?"

"Raka lagi sibuk motret di Uluwatu."

Alina terdiam mendengar nama itu, sebelum akhirnya menanyakan kembali.

"Raka ?" Ucap Alina, "Raka Nugraha ?" Sambungnya memastikan.

Raline mengangguk, "Iya, kamu kenal dia ?"

Alina mematung, rasanya seperti sedang digampar oleh beribu-ribu orang dan ditusuk oleh pisau yang tajam. Sakit terasa di hatinya mendengar nama itu kembali.

"Kenapa ..?" Raline mamastikan bahwa Alina baik-baik saja.

"Gak apa-apa," Jawabnya gemetar, "oh iya handphoenku ketinggalan di hotel, kalau Ditto nanyain tolong kasih tahu kalau aku pulang duluan. Makasih ya Ra." Sambungnya.

"Tapi..." Raline kebingungan.

Alina terus berjalan meninggalkan pesta pernikahan itu dan menaiki taksi, ia berusaha agar air matanya tak tumpah lagi karena orang yang sama. Namun, tetap saja, butiran air mata mulai membanjiri pipinya.

Setelah turun dari taksi, Alina segera berlari menuju kamarnya.

Ia duduk sambil berhadap ke cermin meja rias.

Dan kini memorinya berputar pada ingatan Tujuh tahun yang lalu ....

****
Jakarta, 2009 ...

~~~~~~
Apa yang terjadi dengan Alina pada tahun 2009 ??
Baca terus kelanjutannya yaaa.

ig : ingri.riana.

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang