#DUA PULUH DUA

15.8K 568 7
                                    

"Gue sayang sama dia, dan gue gak mau dia kecewa."

Alina membuka pintu dan langsung mendapati Ditto yang duduk di kursi tamu dengan ponsel di tangannya.

"Dit." Ucap Alina.

Ditto memandang Alina.

"Dari mana ? kenapa pulangnya gak bareng sama Gina ?" Tanya Ditto seolah sedang menintrograsi.

"Jalan-jalan aja kok, Gina tadi lagi belanja terus mencar deh." Jawabnya asal-asalan.

"Oh oke." Kata Ditto, kemudian Ditto meninggalkan Alina untuk ke kamarnya di lantai atas.

Entah kenapa, Ditto benar-benar tidak mood untuk bersikap ramah seperti biasa kepada Alina. Hatinya masih menyimpan keperihan karena email tadi.

Dalam benak Alina bertanya-tanya, ada apa dengan Ditto. Ia belum pernah melihat Ditto sebegitu cuek kepadanya.

Alina memasuki kamar. Ternyata di sana sudah ada Amel yang sedang asik mengedit foto di ponselnya.

"Gina mana ?" Tanya Alina.

"Pergi sama Jeje."

Alina mengangguk tanda mengerti. Tanpa berganti pakaian atau mandi terlebih dahulu, Alina malah pergi ke luar kamar dengan maksud akan menemui Ditto.

"Kemana ?" Tanya Amel. Maksudnya adalah, mau kemana Alina tiba-tiba keluar kamar.

"Ke atas."

*****

"Ditto." Ucap Alina seraya mengetuk pintu kamar Ditto.

"Dit..." Ucapnya sekali lagi.

Di belakang pintu, terdengar Ditto sedang membuka kunci. Lalu kemudian terbuka lah pintu itu.

"Kenapa ?" Kata Ditto datar.

Kemudian Ditto keluar kamar, dan dengan gerakan cepat ia duduk di sofa depan kamar, lalu diikuti oleh Alina yang duduk di sampingnya.

"Kamu yang kenapa." Tanya Alina balik kepada Ditto dengan nada yang sedikit dinaikan. "Kamu marah sama aku ?"

Tiba-tiba saja, dalam benaknya Alina teringat. Ia teringat bahwa beberapa hari terakhir dirinya sering bertemu dengan seseorang dari masa lalunya.

Atau mungkin Ditto tahu soal Raka ?

"Dit..." Kata Alina lagi setelah ucapannya tadi diabaikan oleh Ditto yang sekarang sibuk dengan ponselnya.

"Aku gak kenapa-napa Al." Ditto menegaskan.

Alina terdiam, ia yakin bahwa di balik ucapan Ditto yang sangat amat menyakinkan, ada sesuatu yang Ditto sembunyikan darinya.

"Atau kamu sakit ?" Tanya Alina seraya memeriksa suhu tubuh Ditto dengan telapak tangannya yang ia letaknya di jidat Ditto.

Ditto melepaskan tangan Alina, lalu kemudian ia menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak sakit.

"Kalau kamu sakit bilang sama aku. Aku bawa obat-obatan kok." Ujar Alina.

Dengan badan yang kini berhadapan dengan Alina, Ditto menarik senyum di bibirnya.

"Iya bayiiii." Ucap Ditto seraya mencubit hidung Alina.

Alina kini tersenyum lebar, meski hidungnya mulai memerah karena kebiasaan Ditto kepada dirinya.

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang