"Siapa pun pasangan lo sekarang, sebesar apapun perasaan lo sama pasangan lo, dia tetap menjadi cinta pertama lo, dia yang ngajarin lo tentang arti cinta untuk pertama kalinya, iya kan ?"
Jakarta, 2016 ...
Sore kali ini Alina memang sudah berada di rumah, karena pekerjaan butik sudah selesai. Dan tidak ada pekerjaan yang jauh menyenangkan dari menonton serial kartun di televisi, dan itu sudah menjadi kebiasaan Alina dari kecil. Menurutnya dunia anak kecil jauh lebih menyenangkan dari pada serial televisi yang lain, yang menurutnya jauh membosankan. Kalau saja Randy belum memiliki keluarga baru, mungkin Alina tidak sendirian menonton kartun, pasti selalu ditemani Randy.
"Alinaaaa.." Ucap seseorang dengan nada tinggu dari arah pintu depan.
Alina menengok ke arahnya, dan ternyata itu adalah Gina, siapa lagi teman Alina yang mempunyai suara khas saat memanggil namanya.
Gina pun duduk di sebelah Alina.
"Lo bisa gak sih nonton TV itu sesuai umur, gak pantes tahu kalau lo masih suka lihat kartun gini!" Protes Gina sambil membawa remot TV dengan maksud mematikan.
"Yeee, apaan sih. Suka-suka gue dong, mending gue nonton kartun dari pada lo, nonton drama korea dan akhirnya mata lo bengkak karena nangis mulu kan ?" Jawab Alina meledek.
"Iya juga sih," Gina berpikir, "Ah apaan sih, jadi ngomongin drama korea gini. Gue mau nanya, ke Bali jadinya besok sore kan ?" Sambungnya.
Alina menarik nafas.
"Iya.. iya jadi," Alina menjawab dengan singkat.
"Yeay," Gina memeluk Alina sangat kencang. "Kok lo nonton di sini sih ?" Sambungnya, ketika menyadari bahwa Alina yang biasanya menonton TVdi kamarnya sekarang menonton TV di ruang keluarga.
"Kamar gue lagi diberesin sama Simbok, gue suruh buangin barang-barang yang udah gak berguna lagi, males gue kalau lihat kamar berantakan." Jawabnya dengan jelas.
Perhatian Alina kembali ke TV yang sedang ia tonton, sedangkan Gina sibuk dengan ponselnya.
"Neng... neng," Dengan logak mendoknya, Simbok berteriak dari lantai atas. Hingga membuat Alina dan Gina otomatis menengok ke atas.
Alina langsung beranjak dari duduknya dan berjalan ke lantai atas, tepat ke kamarnya. Dan diikuti Gina dari belakang.
"Kenapa sih Mbok ?" Tanya Alina.
"Semuanya udah selesai Neng, tinggal itu aja yang belum," Katanya sambil menunjuk ke arah atas lemari yang terdapat banyak kotak sepatu.
Alina ke atas kursi riasnya untuk mengambil kotak-kotak dus bekas sepatu yang sudah tidak berguna lagi.
Sementara Gina dia sibuk melihat koleksi sketsa rancangan baju yang tergeletak di meja riasnya.
"Gin, ambilin kemoceng di laci dong," Perintah Alina kepada Gina, sambil menunjuk ke arah laci di bawah meja riasnya.
Tapi, Gina tidak mendengarkan dan melihat apa yang di isyaratkan Alina. Ia malah membuka laci di bawah tempat tidur.
Gina terdiam sejenak, setelah menyadari apa yang ada di dalam laci itu.
Lembar cetakan foto,
Dari lembaran foto di sana terlihat Alina bersama seorang pria yang masih memakai seragam SMA.Namun, Alina masih sibuk dengan kotak-kotak di atas lemari pakaiannya.
Tak lama kemudian ia menoleh ke arah Gina.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Fiksi Remaja"Kamu akan selalu menjadi bagian terindah dalam hidupku, bahkan setelah kamu pergi dan mungkin takkan pernah kembali." "Dan aku selalu minta sama Tuhan agar kirim malaikat untuk menjaga kamu sampai Tuhan mempertemukan kita nanti." Alina, gadis polos...